Monday, 27 October 2014

bani umayah

BANI UMAYAH





BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar belakang
Bani umayah merupakan dinasti islam yang pertama yang didirikan oleh Muawiyah Abi sofyan pada tahun 661M. berdirinya dinasti ini mengalami proses perjalanan yang sangat panjang, sejak dari keinginan Muawiyah bin Abi Sofyan menjadi gubernur di Damaskus hingga dia memperoleh kekuasaan dari Al-hasan bin Ali. Selama pemerintahaan dipimpin Muawiyah, banyak perkembangan yang terjadi dalam perkembangan islam, mulai dari perkembangan perluasan pemerintahan, kemajuan ilmu pengetahuan, expansi wilayah, ekonomi, sosial dan budaya, dll.
Pada kesempatan kali ini, kami akan membahas kemajuan di bidang ekonomi, sosial, dan budaya pada masa pemerintahan yang dipimpin Muawiyah bin Abu Sofyan.

B.   Rumusan Masalah  
1.      Bagaimana kemajuan dalam bidang ekonomi?
2.      Bagaimana kemajuan dalam bidang sosial?
3.      Bagaimana kemajuan dalam bidang seni budaya?


C.   Tujuan Penulisan
Mengetahui kemajuan dalam bidang ekonomi, sosial, dan budaya pada masa pemerintahan Muawiyah bin Abu Sofyan.




BAB II
PEMBAHASAN


A.    Kemajuan dibidang ekonomi
1.      Perdagangan
Setelah daulah Umayyah berhasil menguasai wilayah yang cukup luas maka lalu lintas perdagangan mendapat jaminan yang layak baik melalui jalan darat maupun laut. Pada lalu lintas darat umat islam mendapat keamanan untuk melewati jalan sutra menuju Tiongkok guna memperlancar perdagangan sutra, keramik, obat-obatan, dan wewangian. Adapun lalu lintas di lautan ke arah negeri-negeri belahan timur untuk mencari rempah-rempah, bumbu, anbar, kasturi, permata, logam mulia, gading, dan bulu-buluan. Sehingga dengan demikian Basrah di teluk Persi pada saat itu menjadi pelabuhan dagang yang cukup ramai.
2.       Pertanian Dan industri
Dalam bidang pertanian Umayah telah memberi tumpuan terhadap pembangunan sector pertanian. Beliau telah memperkenalkan system irigrasi bagi tujuan meningkatkan hasil pertanian. Dalam bidang industri pembuatan kraftangan telah menjadi nadi pertumbuhan ekonomi.
3.       Reformasi Fiskal
Selama masa pemerintahan Umayyah hampir semua pemilik tanah baik muslim maupun non muslim diwajibkan membayar pajak tanah, sementara itu pajak kepala tidak berlaku bagi penduduk muslim, sehingga banyak penduduk yang masuk Islam secara ekonomi yang melatar belakangi berkurangnya penghasilan negara. Namun demikian, dengan keberhasilan Umayyah melakukan penaklukan imperium Persia dan Byzantium maka sesungguhnya kemakmuran bagi daulah ini sudah melimpah ruah. Pada masa Umar bin Abdul Aziz, beliau memiliki pandangan bahwa menciptakan kesejahteraan masyarakat bukan dengan cara mengumpulkan pajak sebanyak-banyaknya seperti yang dilakukan oleh para khalifah Bani Umayyah sebelum Umar, melainkan dengan mengoptimalkan kekayaan alam yang ada, dan mengelola keuangan negara dengan efektif dan efisien. Keberhasilan dalam menciptakan kesejahteraan masyarakat inilah yang membuat Umar bin Abdul Aziz tidak hanya layak disebut sebagai pemimpin negara, tetapi juga sebagai fiskalis muslim yang mampu merumuskan, mengelola, dan mengeksekusi kebijakan fiskal pada masa kekhalifahannya.
4.      Pembuatan mata uang
Pada masa Khalifah ‘Abdul Malik bin Marwan (65-86H), beliau membuat kebijakan untuk memakai mata uang sendiri. Pemerintahan saat itu mendirikan tempat percetakan uang di Daar Idjard. Mata uang dicetak secara terorganisir dengan kontrol pemerintah. Kemudian pada tahun 77 H/697 Masehi, khalifah Abdul Malik mencetak dinar khusus yang bercorak islam yang khas, berisi teks islam, di ukir dengan tulisan kufi. Gambar-gambar dinar lama diubah dengan lafadz-lafadz islam, seperti Allahu Ahad, Allah Baqa’. Sejak saat itulah umat islam memiliki dinar dan dirham islam sebagai mata uangnya dan meninggalkan Dinar Bizantium dan Dirham Kisra.
B.     Kemajuan bidang sosial
Meskipun sering kali terjadi pergolakan dan pergumulan politik pada masa pemerintahan Daulah Bani Umayah, namun terdapat  juga usaha positif yang dilakukan daulah ini un tuk kesejahteraan rakyatnya.
Di antara usaha positif yang dilakukan para khalifah Daulah Bani Umayah dalam mensejahterakan rakyatnya ialah dengan memperbaiki seluruh sistem pemerintahan dan menata administrasi yang baik dengan membentuk beberapa departemen dan organisasi, antara lain organisasi keuangan. Organisasi ini bertugas mengurusi masalah keuangan Negara yang dipergunakan untuk:
1.      Gaji pegawai dan tentara, serta biaya tata usaha Negara.
2.      Pembangunan pertanian, termasuk irigasi danpenggalian terusan
3.      Biaya orang-orang hukuman dan tawanan perang
4.      Perlengkapan perang.
5.      Hadiah-hadiah kepada para pujangga dan para ulama
Di samping usaha tersebut, Daulah Bani Umayah memberikan hak dan perlindungan kepada warga Negara yang berada dibawah pengawasan dan kekuasaannya. Masyarakat mempunyai hak untuk mendapat perlindungan hukum dari kesewenangannya. Oleh karena itu, Daulah ini membentuk lembaga kehakiman. Lembaga kehakiman ini dikepalai oleh seorang ketua hakim (Qodhil Qudhah). Seorang hakim (Qodhi), memutuskan perkara dengan ijtihadnya. Para hakim menggali hukum berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah Nabi. Disamping itu, kehakiman ini b elum terpengaruh atau dipengaruhi politik, sehingga para hakim dengan kekuasaan penuh berhak memutuskan suatu perkara tanpa mendapat tekanan atau pengaruh suatu golongan poitik tertentu.
Semua itu dilaukan dengan tujuan untuk menjamin hak masyarakat untuk mendapat perlindungan hukum. Dengan demikian mereka akan merasa aman dan tentram tanpa mendapat gangguan dari seseorang atau kelompok orang atau kelompok politik. Dan pada akhirnya, rakyat akan menikmati kemajuan yang dicapai oleh Daulah umayah dan kehidupan mereka akan sejahtera.
C.    Kemajuan bidang budaya
1.      Seni Bahasa dan sastra
Diantara salah satu faktor kemajuan dalam bidang seni bahasa adalah luasnya wilayah kekuasaan Dinasti Bani Umayah. Wilayah yang luas dan beragamnya penduduk dan bahasa menambah pembendaharaan kata bagi bahasa komonikasi di antara penduduk.
Kota basrah dan kuffah pada jaman itu merupakan pusat perkembangaan ilmu dan sastra. Di kedua kota itu orang-orang Arab  muslim bertukar pikiran dalam diskusi-diskusi ilmiah dengan bangsa-bangsa yang telah mengalami kemajuan terlebih dahulu. Di kota itu pula banyak kaum muslimin  yang aktif menyusun dan menuangkan karya mereka dalam berbagai bidang ilmu. Dengan demikian maka berkembanglah ilmu tata bahasa (nahwu dan sharaf), dan ilmu balaghah. Oleh karena itu, lahirlah para penyair terkenal, antara lain:
a.       Nu’am bin Basyir Al-Anshari (wafat tahun 65 H)
b.      Ibn Mafragh Al-hamiri (wafat tahun 69 H)
c.       Miskin  Addaramy (wafat tahun 90 H)
d.      Al-Akhtal (wafat tahun  95 H)
e.       Jarir (wafat tahun 111 H)
f.       Abul Aswad Al-du’aly (wafat tahun 69 H)
g.      Al-Farazdaq (wafat tahun 90 H)
h.      Ar-Rai (wafat tahun 90 H)
i.        Abu Najam Ar-Rajir (wafat tahun 130 H)
j.        Abu Abbas Al-A’ma
k.      A’sya Rabi’ah (wafat tahun 85 H)
Bahasa Arab telah menjadi bahasa administrasi dalam pemerintahan Islam di Spanyol. Hal itu dapat diterima oleh orang-orang Islam dan non-Islam. Bahkan, penduduk asli Spanyol menomor-duakan bahasa asli mereka. Mereka juga banyak yang ahli dan mahir dalam bahasa Arab, baik keterampilan berbicara maupun tata bahasa. Mereka itu antara lain: Ibnu Sayyidih, Ibnu Malik pengarang Aljiyah, Ibnu Khuruf, Ibnul-Hajj, Abu ‘Ali al-Isybili, Abu al-Hasan bin Usfur, dan Abu Hayyan al-Ghamathi. Seiring dengan kemajuan bahasa itu, karya-karya sastra bermunculan, seperti al-’Iqd al-Farid karya Ibnu Abdi Rabbih, al-Dzakhirahji Mahasin Ahl al-Jazirah oleh Ibnu Bassam, Kitab al-Qalaid buah karya al-Fath bin Khaqan, dan banyak lagi yang lain
2.      Seni Rupa
Seni rupa yang berkembang pada zaman Daulah Bani Umyah hanyalah seni ukir dan seni pahat, sama halnya dengan zaman itu adalah penggunaan khat Arab (kaligrafi) sebagai motif ukiran. Banyak ayat Al-AQur’an, Hadits Nabi dan rangkuman syair yang dipahat dan diukir pada tembok dinding bangunan mesjid, istana dan gedung-gedung.
Yang terkenal dan maju ialah seni ukir di dinding tembok. Salah satu peninggalan yang masih ada ialah ukiran pada dinding Qushin Amrah (istana mungil amrah). Bangunan ini merupakan sebuah istana musim panas yang terletak di daerah pegunungan, sebelah timur Laut Mati sekitar 50 mil, dari kota Amman Yordania. Istana yang dibangun oleh khalifah Al-walid bin Abdul Malik ini dirancang untuk tempat peristirahatan pada musim panas dan waktu berburu, sehingga tempat tersebut sering disebut dengan istana berburu.
3.      Seni Bangunan atau Arsitektur
Seni bangunan (arsitektur) pada zaman Umayyah bertumpu pada hubungan sipil berupa kota-kota dan bangunan agama berupa masjid-masjid. Dikuasainya wilayah Irak, Iran, dan Suriah oleh umat Islam berkontribusi dalam perkembangan seni dan arsitektur. Beberapa kota baru telah dibangun pada zaman Umayyah yang diiringi pembangunan berbagai gedung dengan gaya perpaduan Persia, Romawi, dan Arab yang berjiwa Islami. Damaskus yang pada masa sebelum Islam merupakan ibukota kerajaan romawi Timur di Syam adalah kota lama yang dibangun kembali pada masa Umayyah dan dijadikan ibukota Daulah ini. Selain itu masjid Nabawi juga turut direnovasi oleh walid dengan konstruksi dan arsitektur Syiria dibawah pengawasan Umar bin abdul Aziz.
Dinasti Umayyah mulai mengembangkan pola arsitektur khusus pada bangunan dan tempat penting yang ada pada masa itu. Pola arsitektur Arab yang sebelumnya mendominasi bangunan negara (istana, masjid, dan benteng) pada masa Khulafa ar-Rasyidun, di tangan Dinasti Umayyah bercampur dengan corak Romawi (Bizantium). Pada masa ini, mulai diperkenalkan tempat pemandian umum (Hammam). Selain bangunan hammam, penguasa Dinasti Umayyah juga membangun tempat peristirahatan bagi para pemburu di padang pasir yang dikenal dengan sebutan Karavanserai.
Dinasti Umayyah telah memberi peran dan pengaruh yang besar dalam arsitektur Masjid. Pada 673 M, Muawiyah pemimpin pertama Dinasti Umayyah mulai memperkenalkan menara. Menara masjid pertama dibangun pada Masjid Amr Ibn-Al-Ash. Di masjid itu, ia membangun empat menara sebagai tempat untuk mengumandangkan adzan. Dalam proses pembangunan Masjid Agung Umayyah, dinasti ini juga mulai memperkenalkan sejumlah teknik arstitektur baru khas Islam. Salah satunya adalah lengkungan pada arsitektur masjid. Pada era kekuasaan Dinasti Umayyah yang ditandai dengan kemakmuran juga diperkenalkan elemen-elemen fungsional dan struktural utama dalam arsitektur masjid, seperti menara, mihrab, maksurah, dan kubah.
Pada saat Khalifah Abdul Malik bin Marwan (685-705 M), mulai memperkenalkan konsep kubah pada arsitektur masjid. Pada masa itu, ia membangun kubah Masjid Al-Aqsha. Kubah karang (Kubah as-Sakra) atau masjid Kubah Batu (Dome of Rock) di Yerussalem yang didirikan oleh Abdul Malik pada tahun 691 M, merupakan salah satu contoh paling cantik dari hasil karya arsitektur muslim zaman permulaan. Konsep kubah ini merupakan adopsi dari bangunan katedral Kristen Ortodoks pada masa Bizantium. Perpaduan arsitektur Islam dengan arsitektur Kristen Eropa tidak jarang pula dilakukan dengan mengadaptasi dari bangunan yang telah ada sebelumnya.
4.      Kerajinan
Pada masa khalifah Abdul Malik mulai dirintis pembuatan Tiraz (semacam bordiran), yakni cap resmi yang dicetak pada pakaian khalifah dan para pembesar pemerintahan. Guna memperlancar produktifitas pakaian resmi kerajaan, maka abdul Malik mendirikan pabrik-pabrik kain. Di bidang seni lukis selain terdapat pada bangunan masjid juga ada sebuah lukisan yang pertama kali ditorehkan oleh khalifah Walid bin Abdul Malik yaitu berupa gambar binatang dengan corak dan warna lukisan yang masih bersifat Hellenisme.
















KESIMPULAN

Bani Umayah mengalami masa keemasan ketika tampuk kepemimpinan berada di tangan Abdul Malik bin Marwan sampai Umar bin Abdul Aziz. Ditopang oleh ekonomi yang kuat kaum muslim mengalami kemajuan yang pesat di berbagai bidang. Ekspansi yang dilakukan telah membawa banyak dampak terhadap kemajuan di berbagai bidang. Dalam perdagangan mengalami kemajuan setelah dikuasainya jalur sutera. Yang mau tidak mau perdagangan eropa ke asia harus bergantung keamanannya oleh kaum muslimin. Di bidang seni budaya, kaum muslim mendapat pengaruh dari gaya eropa dan persia terutama pada seni arsitektur bangunan. Dalam bidang sosial juga mengalami kemajuan setelah perekonomian negara menjadi cukup kuat. Di buktikan dengan diberikannya gaji bagi pegawai dan tentara serta untuk kebutuhan tata Negara.
Pada bidang budaya terlihat bahwa kesenian yang pling menonjol adalah seni arsitektur, bani umayah juga mengembangkan seni bahasa, seni rupa, dan kerajinan tangan.












DAFTAR PUSTAKA


Murodi, Seajarah Kebudayaan Islam MTs 1-2, Semarang: Toha Putra,    2004
http://id.wikipedia.org/wiki/Kekhalifahan_Umayyah
http://dickwibawa.blogspot.com/2012/02/kemajuan-ekonomi-sosial-dan-kebudayaan.html




No comments:

Post a Comment