BANI UMAYAH
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Bani
umayah merupakan dinasti islam yang pertama yang didirikan oleh Muawiyah Abi
sofyan pada tahun 661M. berdirinya dinasti ini mengalami proses perjalanan yang
sangat panjang, sejak dari keinginan Muawiyah bin Abi Sofyan menjadi gubernur
di Damaskus hingga dia memperoleh kekuasaan dari Al-hasan bin Ali. Selama
pemerintahaan dipimpin Muawiyah, banyak perkembangan yang terjadi dalam
perkembangan islam, mulai dari perkembangan perluasan pemerintahan, kemajuan
ilmu pengetahuan, expansi wilayah, ekonomi, sosial dan budaya, dll.
Pada kesempatan
kali ini, kami akan membahas kemajuan di bidang ekonomi, sosial, dan budaya
pada masa pemerintahan yang dipimpin Muawiyah bin Abu Sofyan.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana
kemajuan dalam bidang ekonomi?
2.
Bagaimana
kemajuan dalam bidang sosial?
3.
Bagaimana
kemajuan dalam bidang seni budaya?
C.
Tujuan
Penulisan
Mengetahui
kemajuan dalam bidang ekonomi, sosial, dan budaya pada masa pemerintahan
Muawiyah bin Abu Sofyan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Kemajuan
dibidang ekonomi
1.
Perdagangan
Setelah daulah Umayyah berhasil
menguasai wilayah yang cukup luas maka lalu lintas perdagangan mendapat jaminan
yang layak baik melalui jalan darat maupun laut. Pada lalu lintas darat umat
islam mendapat keamanan untuk melewati jalan sutra menuju Tiongkok guna
memperlancar perdagangan sutra, keramik, obat-obatan, dan wewangian. Adapun lalu
lintas di lautan ke arah negeri-negeri belahan timur untuk mencari
rempah-rempah, bumbu, anbar, kasturi, permata, logam mulia, gading, dan
bulu-buluan. Sehingga dengan demikian Basrah di teluk Persi pada saat itu menjadi
pelabuhan dagang yang cukup ramai.
2. Pertanian Dan industri
Dalam bidang pertanian Umayah telah
memberi tumpuan terhadap pembangunan sector pertanian. Beliau telah memperkenalkan
system irigrasi bagi tujuan meningkatkan hasil pertanian. Dalam bidang industri
pembuatan kraftangan telah menjadi nadi pertumbuhan ekonomi.
3. Reformasi Fiskal
Selama masa pemerintahan Umayyah
hampir semua pemilik tanah baik muslim maupun non muslim diwajibkan membayar
pajak tanah, sementara itu pajak kepala tidak berlaku bagi penduduk muslim,
sehingga banyak penduduk yang masuk Islam secara ekonomi yang melatar belakangi
berkurangnya penghasilan negara. Namun demikian, dengan keberhasilan Umayyah
melakukan penaklukan imperium Persia dan Byzantium maka sesungguhnya kemakmuran
bagi daulah ini sudah melimpah ruah. Pada masa Umar bin Abdul Aziz, beliau
memiliki pandangan bahwa menciptakan kesejahteraan masyarakat bukan dengan cara
mengumpulkan pajak sebanyak-banyaknya seperti yang dilakukan oleh para khalifah
Bani Umayyah sebelum Umar, melainkan dengan mengoptimalkan kekayaan alam yang
ada, dan mengelola keuangan negara dengan efektif dan efisien. Keberhasilan
dalam menciptakan kesejahteraan masyarakat inilah yang membuat Umar bin Abdul
Aziz tidak hanya layak disebut sebagai pemimpin negara, tetapi juga sebagai
fiskalis muslim yang mampu merumuskan, mengelola, dan mengeksekusi kebijakan
fiskal pada masa kekhalifahannya.
4. Pembuatan mata uang
Pada masa Khalifah ‘Abdul Malik bin
Marwan (65-86H), beliau membuat kebijakan untuk memakai mata uang sendiri.
Pemerintahan saat itu mendirikan tempat percetakan uang di Daar Idjard. Mata
uang dicetak secara terorganisir dengan kontrol pemerintah. Kemudian pada tahun
77 H/697 Masehi, khalifah Abdul Malik mencetak dinar khusus yang bercorak islam
yang khas, berisi teks islam, di ukir dengan tulisan kufi. Gambar-gambar dinar
lama diubah dengan lafadz-lafadz islam, seperti Allahu Ahad, Allah Baqa’. Sejak
saat itulah umat islam memiliki dinar dan dirham islam sebagai mata uangnya dan
meninggalkan Dinar Bizantium dan Dirham Kisra.
B. Kemajuan bidang sosial
Meskipun sering kali terjadi pergolakan dan pergumulan politik pada
masa pemerintahan Daulah Bani Umayah, namun terdapat juga usaha positif yang dilakukan daulah ini
un tuk kesejahteraan rakyatnya.
Di antara usaha positif yang dilakukan para khalifah Daulah Bani
Umayah dalam mensejahterakan rakyatnya ialah dengan memperbaiki seluruh sistem
pemerintahan dan menata administrasi yang baik dengan membentuk beberapa
departemen dan organisasi, antara lain organisasi keuangan. Organisasi ini
bertugas mengurusi masalah keuangan Negara yang dipergunakan untuk:
1.
Gaji
pegawai dan tentara, serta biaya tata usaha Negara.
2.
Pembangunan
pertanian, termasuk irigasi danpenggalian terusan
3.
Biaya
orang-orang hukuman dan tawanan perang
4.
Perlengkapan
perang.
5.
Hadiah-hadiah
kepada para pujangga dan para ulama
Di samping
usaha tersebut, Daulah Bani Umayah memberikan hak dan perlindungan kepada warga
Negara yang berada dibawah pengawasan dan kekuasaannya. Masyarakat mempunyai
hak untuk mendapat perlindungan hukum dari kesewenangannya. Oleh karena itu,
Daulah ini membentuk lembaga kehakiman. Lembaga kehakiman ini dikepalai oleh
seorang ketua hakim (Qodhil Qudhah). Seorang hakim (Qodhi), memutuskan perkara
dengan ijtihadnya. Para hakim menggali hukum berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah
Nabi. Disamping itu, kehakiman ini b elum terpengaruh atau dipengaruhi politik,
sehingga para hakim dengan kekuasaan penuh berhak memutuskan suatu perkara
tanpa mendapat tekanan atau pengaruh suatu golongan poitik tertentu.
Semua
itu dilaukan dengan tujuan untuk menjamin hak masyarakat untuk mendapat
perlindungan hukum. Dengan demikian mereka akan merasa aman dan tentram tanpa
mendapat gangguan dari seseorang atau kelompok orang atau kelompok politik. Dan
pada akhirnya, rakyat akan menikmati kemajuan yang dicapai oleh Daulah umayah
dan kehidupan mereka akan sejahtera.
C.
Kemajuan
bidang budaya
1.
Seni
Bahasa dan sastra
Diantara salah satu faktor kemajuan dalam bidang seni bahasa adalah
luasnya wilayah kekuasaan Dinasti Bani Umayah. Wilayah yang luas dan beragamnya
penduduk dan bahasa menambah pembendaharaan kata bagi bahasa komonikasi di
antara penduduk.
Kota basrah dan kuffah pada jaman itu merupakan pusat perkembangaan
ilmu dan sastra. Di kedua kota itu orang-orang Arab muslim bertukar pikiran dalam diskusi-diskusi
ilmiah dengan bangsa-bangsa yang telah mengalami kemajuan terlebih dahulu. Di
kota itu pula banyak kaum muslimin yang
aktif menyusun dan menuangkan karya mereka dalam berbagai bidang ilmu. Dengan
demikian maka berkembanglah ilmu tata bahasa (nahwu dan sharaf), dan ilmu
balaghah. Oleh karena itu, lahirlah para penyair terkenal, antara lain:
a.
Nu’am
bin Basyir Al-Anshari (wafat tahun 65 H)
b.
Ibn
Mafragh Al-hamiri (wafat tahun 69 H)
c.
Miskin Addaramy (wafat tahun 90 H)
d.
Al-Akhtal
(wafat tahun 95 H)
e.
Jarir
(wafat tahun 111 H)
f.
Abul
Aswad Al-du’aly (wafat tahun 69 H)
g.
Al-Farazdaq
(wafat tahun 90 H)
h.
Ar-Rai
(wafat tahun 90 H)
i.
Abu
Najam Ar-Rajir (wafat tahun 130 H)
j.
Abu
Abbas Al-A’ma
k.
A’sya
Rabi’ah (wafat tahun 85 H)
Bahasa Arab telah menjadi bahasa administrasi dalam pemerintahan
Islam di Spanyol. Hal itu dapat diterima oleh orang-orang Islam dan non-Islam.
Bahkan, penduduk asli Spanyol menomor-duakan bahasa asli mereka. Mereka juga
banyak yang ahli dan mahir dalam bahasa Arab, baik keterampilan berbicara
maupun tata bahasa. Mereka itu antara lain: Ibnu Sayyidih, Ibnu Malik pengarang
Aljiyah, Ibnu Khuruf, Ibnul-Hajj, Abu ‘Ali al-Isybili, Abu al-Hasan bin Usfur,
dan Abu Hayyan al-Ghamathi. Seiring dengan kemajuan bahasa itu, karya-karya
sastra bermunculan, seperti al-’Iqd al-Farid karya Ibnu Abdi Rabbih,
al-Dzakhirahji Mahasin Ahl al-Jazirah oleh Ibnu Bassam, Kitab al-Qalaid buah
karya al-Fath bin Khaqan, dan banyak lagi yang lain
2.
Seni
Rupa
Seni rupa yang berkembang pada zaman Daulah Bani Umyah hanyalah
seni ukir dan seni pahat, sama halnya dengan zaman itu adalah penggunaan khat
Arab (kaligrafi) sebagai motif ukiran. Banyak ayat Al-AQur’an, Hadits Nabi dan
rangkuman syair yang dipahat dan diukir pada tembok dinding bangunan mesjid,
istana dan gedung-gedung.
Yang terkenal dan maju ialah seni ukir di dinding tembok. Salah
satu peninggalan yang masih ada ialah ukiran pada dinding Qushin Amrah (istana
mungil amrah). Bangunan ini merupakan sebuah istana musim panas yang terletak
di daerah pegunungan, sebelah timur Laut Mati sekitar 50 mil, dari kota Amman
Yordania. Istana yang dibangun oleh khalifah Al-walid bin Abdul Malik ini
dirancang untuk tempat peristirahatan pada musim panas dan waktu berburu,
sehingga tempat tersebut sering disebut dengan istana berburu.
3.
Seni
Bangunan atau Arsitektur
Seni bangunan (arsitektur) pada zaman Umayyah bertumpu pada
hubungan sipil berupa kota-kota dan bangunan agama berupa masjid-masjid.
Dikuasainya wilayah Irak, Iran, dan Suriah oleh umat Islam berkontribusi dalam
perkembangan seni dan arsitektur. Beberapa kota baru telah dibangun pada zaman
Umayyah yang diiringi pembangunan berbagai gedung dengan gaya perpaduan Persia,
Romawi, dan Arab yang berjiwa Islami. Damaskus yang pada masa sebelum Islam
merupakan ibukota kerajaan romawi Timur di Syam adalah kota lama yang dibangun
kembali pada masa Umayyah dan dijadikan ibukota Daulah ini. Selain itu masjid
Nabawi juga turut direnovasi oleh walid dengan konstruksi dan arsitektur Syiria
dibawah pengawasan Umar bin abdul Aziz.
Dinasti Umayyah mulai mengembangkan pola arsitektur khusus pada bangunan dan tempat penting yang ada pada masa itu. Pola arsitektur Arab yang sebelumnya mendominasi bangunan negara (istana, masjid, dan benteng) pada masa Khulafa ar-Rasyidun, di tangan Dinasti Umayyah bercampur dengan corak Romawi (Bizantium). Pada masa ini, mulai diperkenalkan tempat pemandian umum (Hammam). Selain bangunan hammam, penguasa Dinasti Umayyah juga membangun tempat peristirahatan bagi para pemburu di padang pasir yang dikenal dengan sebutan Karavanserai.
Dinasti Umayyah telah memberi peran dan pengaruh yang besar dalam arsitektur Masjid. Pada 673 M, Muawiyah pemimpin pertama Dinasti Umayyah mulai memperkenalkan menara. Menara masjid pertama dibangun pada Masjid Amr Ibn-Al-Ash. Di masjid itu, ia membangun empat menara sebagai tempat untuk mengumandangkan adzan. Dalam proses pembangunan Masjid Agung Umayyah, dinasti ini juga mulai memperkenalkan sejumlah teknik arstitektur baru khas Islam. Salah satunya adalah lengkungan pada arsitektur masjid. Pada era kekuasaan Dinasti Umayyah yang ditandai dengan kemakmuran juga diperkenalkan elemen-elemen fungsional dan struktural utama dalam arsitektur masjid, seperti menara, mihrab, maksurah, dan kubah.
Dinasti Umayyah mulai mengembangkan pola arsitektur khusus pada bangunan dan tempat penting yang ada pada masa itu. Pola arsitektur Arab yang sebelumnya mendominasi bangunan negara (istana, masjid, dan benteng) pada masa Khulafa ar-Rasyidun, di tangan Dinasti Umayyah bercampur dengan corak Romawi (Bizantium). Pada masa ini, mulai diperkenalkan tempat pemandian umum (Hammam). Selain bangunan hammam, penguasa Dinasti Umayyah juga membangun tempat peristirahatan bagi para pemburu di padang pasir yang dikenal dengan sebutan Karavanserai.
Dinasti Umayyah telah memberi peran dan pengaruh yang besar dalam arsitektur Masjid. Pada 673 M, Muawiyah pemimpin pertama Dinasti Umayyah mulai memperkenalkan menara. Menara masjid pertama dibangun pada Masjid Amr Ibn-Al-Ash. Di masjid itu, ia membangun empat menara sebagai tempat untuk mengumandangkan adzan. Dalam proses pembangunan Masjid Agung Umayyah, dinasti ini juga mulai memperkenalkan sejumlah teknik arstitektur baru khas Islam. Salah satunya adalah lengkungan pada arsitektur masjid. Pada era kekuasaan Dinasti Umayyah yang ditandai dengan kemakmuran juga diperkenalkan elemen-elemen fungsional dan struktural utama dalam arsitektur masjid, seperti menara, mihrab, maksurah, dan kubah.
Pada saat Khalifah Abdul Malik bin Marwan (685-705 M), mulai
memperkenalkan konsep kubah pada arsitektur masjid. Pada masa itu, ia membangun
kubah Masjid Al-Aqsha. Kubah karang (Kubah as-Sakra) atau masjid Kubah Batu
(Dome of Rock) di Yerussalem yang didirikan oleh Abdul Malik pada tahun 691 M,
merupakan salah satu contoh paling cantik dari hasil karya arsitektur muslim
zaman permulaan. Konsep kubah ini merupakan adopsi dari bangunan katedral
Kristen Ortodoks pada masa Bizantium. Perpaduan arsitektur Islam dengan
arsitektur Kristen Eropa tidak jarang pula dilakukan dengan mengadaptasi dari
bangunan yang telah ada sebelumnya.
4.
Kerajinan
Pada masa khalifah Abdul Malik mulai dirintis pembuatan Tiraz
(semacam bordiran), yakni cap resmi yang dicetak pada pakaian khalifah dan para
pembesar pemerintahan. Guna memperlancar produktifitas pakaian resmi kerajaan,
maka abdul Malik mendirikan pabrik-pabrik kain. Di bidang seni lukis selain
terdapat pada bangunan masjid juga ada sebuah lukisan yang pertama kali ditorehkan
oleh khalifah Walid bin Abdul Malik yaitu berupa gambar binatang dengan corak
dan warna lukisan yang masih bersifat Hellenisme.
KESIMPULAN
Bani Umayah mengalami masa keemasan ketika tampuk
kepemimpinan berada di tangan Abdul Malik bin Marwan sampai Umar bin Abdul
Aziz. Ditopang oleh ekonomi yang kuat kaum muslim mengalami kemajuan yang pesat
di berbagai bidang. Ekspansi yang dilakukan telah membawa banyak dampak
terhadap kemajuan di berbagai bidang. Dalam perdagangan mengalami kemajuan
setelah dikuasainya jalur sutera. Yang mau tidak mau perdagangan eropa ke asia
harus bergantung keamanannya oleh kaum muslimin. Di bidang seni budaya, kaum muslim
mendapat pengaruh dari gaya eropa dan persia terutama pada seni arsitektur
bangunan. Dalam bidang sosial juga mengalami kemajuan setelah perekonomian
negara menjadi cukup kuat. Di buktikan dengan diberikannya gaji bagi pegawai
dan tentara serta untuk kebutuhan tata Negara.
Pada bidang budaya terlihat bahwa kesenian yang pling
menonjol adalah seni arsitektur, bani umayah juga mengembangkan seni bahasa,
seni rupa, dan kerajinan tangan.
DAFTAR PUSTAKA
Murodi, Seajarah Kebudayaan Islam
MTs 1-2, Semarang: Toha Putra, 2004
http://id.wikipedia.org/wiki/Kekhalifahan_Umayyah
http://dickwibawa.blogspot.com/2012/02/kemajuan-ekonomi-sosial-dan-kebudayaan.html
No comments:
Post a Comment