METODE SOSIODRAMA DAN BERMAIN PERAN
Disusun untuk memenuhi tugas mata pelajaran Strategi Pembelajaran
Dosen Pengampu : Sulastri, S.Pd,M.Pd
Di Susun Oleh :
Nama
: GATOT WAHYUDI
Semester
: VII B
No : 19
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
YOGYAKARTA
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu
garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang
telah ditentukan. Kata strategi mula-mula dipakai oleh kalangan militer dan
diartikan sebagai seni dalam merancang peperangan. Sedang dalam dunia
pendidikan strategi dimaksudkan sebagai daya upaya guru dalam menciptakan suatu
sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses pembelajaran. Bila
strategi telah ditentukan maka agar dapat mencapai suatu tujuan memerlukan cara
atau metode dalam menerapkan sebuah strategi tersebut. Banyak sekali metode
pembelajaran disekolah yang bisa digunakan untuk mencapai tujuan salah satunya
adalah metode Sosiodrama dan Bermain Peran.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa yang
dimaksud Metode Sosiodrama dan Bermain Peran?
2.
Bagaimana
langkah-langkah menggunakan metode sosiodrama dan bermain peran?
3.
Apa kelebihan
dan kekurangan metode sosiodrama dan bermain peran?
C. Tujuan
Penulisan
Mengetahui
dan menerapkan Metode Sosiodrama dan Bermain
Peran
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Metode Sosiodrama adalah metode
pembelajaran dengan mendemonstrasikan cara bertingkah laku dalam hubungan
sosial, sedangkan bermain peran menekankan kenyataan dimana anak didik
diikutsertakan dalam permainan peran didalam mendemonstrasikan masalah-masalah
sosial.[1]
Metode ini sebagai prinsip dasarnya
telah diuraikan didalam Al-Qur’an di mana banyak kita jumpai macam-macam drama
dari darama cinta segitiga sampai drama cinta sejati. Misalnya drama Habil dan Qabil,
Yusuf dan Zulaikha, Adam dan Hawa, dan sebagainya.
Dalam metode sosiodrama dan bermain
peran, anak didik bisa memerankan tingkah laku tokoh secara bebas sesuai dengan
imajinasi mereka, selain itu mereka akan lebih menghayati pelajaran yang
diberikan. Unsur yang menonjol dari metode sosiodrama dan bermain peran adalah
unsur hubungan kemasyarakatan, seperti berperan sebagai pahlawan, petani,
dokter, guru, dan sebagainya.[2]
Metode sosiodrama dan bermain peran
bisa diterapkan pada seluruh jenjang pendidikan, mulai dari taman kanak-kanak
sampai jenjang sekolah menengah atas. Dalam melaksanakan metode sosiodrama dan
bermain peran pada jenjang kelas rendah tidak perlu disusun suatu cerita secara
khusus, guru cukup menggambarkan isi cerita secara garis besar, kemudian kepada
anak didik ditentukan peran-peran yang ada dalam cerita tersebut. Sedaangkan
pada kelas yang lebih tinggi, perlu disusun berdasarkan beberapa pertimbangan
seperti :
1.
Menentukan topik
2.
Menyusun
kalimat-kalimat yang tepat
3.
Menentukan
pemeran
4.
Mempelajari
tugas masing-masing selanjutnya melaksanakan permainan.
Langkah-langkah tersebut dalam pelaksanaannya dapat
disesuaikan dengan tujuan serta jenis permainan.[3]
Kesuksessan
metode sosiodrama dan bermain peran sangat tergantung pada kualitas permainan
yang dirancang oleh sang sutradara alias guru mata pelajaran. Disamping
itu sangan tergantung juga pada persepsi
anak didik terhadap peran yng dimainkan dalam situasi yang nyata.
Situasi
suatu masalah diperagakan secara singkat, dengan tekanan utama pada karakter
atau sifat, kemudian diikuti diskusi dengan masalah yang baru diperagakannya,
setelah itu ditentukan secara pasti
situasi masalah, mengatur para pelaku, peragaan situasi, menghentikan permainan
pada saat mencapai klimaks, menganalisa dan membahas peran tersebut serta
mengevaluasi hasilnya. Permainan peran ini bertujuan untuk memecahkan bersama
sama, disamping itu juga anak dapat memperoleh kesempatan untuk merasakan
bagaimana perasaan orang lain.[4]
B. Langkah-langkah
menggunakan metode sosiodrama dan bermain peran
1.
Bila metode
sosiodrama baru ditetapkan dalam pengajaran, maka hendaknya guru menerangkannya
terlebih dahulu tehnik pelaksanaannya. [5]
2.
Guru berupaya
memperkenalkan permasalahan kepada anak didik, agar mereka dapat mempelajari
dan menghayati tugas yang mereka perankan dan menggambarkan permasalahan dengan
jelas disertai dengan contoh.
3.
Guru menyediakan
suatu cerita kemudian dibacakan di depan kelas berulangkali, bila arah cerita
sudah dipahami baru karya itu bisa dipentaskan.
4.
Memilih pemain, guru
dan anak didik membahas karakter dari setiap pemain dan menentukan siapa yang
akan memainkannya. Dalam hal ini guru dapat memilih anak didik disesuaikan
dengan peran yang akan dibutuhkan.
5.
Menata panggung,
dalam hal ini guru dan anak didik dapat menentukan dimana dan bagaimana peran
itu dimainkan, apa saja kebutuhan yang diperlukan. Penataan panggung ini dapat
dilakukan secara sederhana atau kompleks, penataan sederhana adalah hanya
membahas skenarionya saja yang menggambarkan urutan permainan peran, sedang
secara kompleks meliputi aksesoris lain seperti kostum, dekorasi, tempat dan
lain-lain.
6.
Menyiapkan
pengamat. Guru menunjuk beberapa orang anak didik untuk menjadi pengamat, namun
demikian pengamat disini harus terlibat aktif dalam permainan tersebut.
7.
Pementasan.
Drama atau permainan peran dilaksanakan secara spontan. Jika drama dan
permainan peran sudah terlalu jauh melenceng dari alur cerita, guru dapat
menghentikannya dan segera masuk ke langkah berikutnya.
8.
Guru bersama
anak didik bersama-sama mendiskusikan, mengevaluasi drama dan permainan peran
sehingga pada pementasaan yang kedua akan lebih baik. Karena para anak didik
sudah menemukan peran yang sesuai dengan skenario yang telah disusun gurunya.
9.
Langkah
berikutnya diskusi dan evaluasi kedua. Dalam pembahasan diskusi dan evaluasi
lebih diarahkan pada realitas, karena pada saat drama dan permainan peran
dilakukan, banyak peranan yang barangkali melampaui batas kenyataan, misalnya
seorang anak didik memerankan peran sebaagai pembeli, ia membeli barang dengan
harga yang tidak realitis.
10.
Yang terakhir,
anak didik diajak berbagi pengalaman tentang tema drama dan permainan peran
yang telah dilakukan dan dilanjutkan dengan membuat kesimpulan. Misalnya anak
didik akan berbagi pengalaman tentang bagaimana ia dimarahi habis-habisan oleh
ayahnya, kemudian guru membahas bagaimana sebaiknya anak didik menghadapi
situasi tersebut.[6]
C. Kelebihan
dan kekurangan metode sosiodrama dan bermain peran
Kelebihan dari metode sosiodrama dan bermain peran:
1.
Melatih anak
untuk mendramatiskan sesuatu serta melatih keberanian.\
2.
Metode ini dapat
menarik perhatian anak didik sehingga suasana kelas menjadi hidup.
3.
Anak-anak dapat
menghayati suatu peristiwa sehingga mudah mengambil kesimpulan berdasarkan
penghayatan sendiri.
4.
Anak dilatih untuk
menyusun pikirannya teratur.[7]
Kelemahan:
1.
Metode ini
memerlukan waktu yang cukup banyak.
2.
Memerlukan
persiapan yang teliti dan matang.
3.
Kadang-kadang
anak didik tidak mau mendramatisasikan suatu adegan karena malu.
4.
Kita tidak dapat
mengambil kesimpulan apa-apa apabila pelaksanaan dramatisasi itu gagal.[8]
BAB
III
PENUTUP
- Kesimpulan
Metode Sosiodrama adalah metode
pembelajaran dengan mendemonstrasikan cara bertingkah laku dalam hubungan
sosial, sedangkan bermain peran menekankan kenyataan dimana anak didik
diikutsertakan dalam permainan peran didalam mendemonstrasikan masalah-masalah
sosial.
Sebagaimana dapat kita maklumi
bahwa mengajar merupakan usaha yang sangat kompleks, sehingga sulit untuk
menentukan tentang bagaimana mengajar yang baik itu. Mengingat belajar adalah
proses bagi anak didik untuk membangun pemahaman, maka aktivitas pembelajaran
hendaknya memberikan kesempatan kepada anak untuk melakukan hal secara lancar
dan termotivasi dengan cara melibatkan anak didik secara langsung, oleh sebab
itu kemampuan pendidik dalam menciptakan intraksi juga diperlukan.
Dalam metode sosiodrama dan bermain
peran, anak didik bisa memerankan tingkah laku tokoh secara bebas sesuai dengan
imajinasi mereka, selain itu mereka akan lebih menghayati pelajaran yang diberikan.
Unsur yang menonjol dari metode sosiodrama dan bermain peran adalah unsur
hubungan kemasyarakatan, seperti berperan sebagai pahlawan, petani, dokter,
guru, dan sebagainya. Tinggal bagaimana kita akan memilih metode apa yang tepat
untuk membantu anak didik itu mencapai tujuan.
- Saran
Saran dan kritik dari pembaca sangat berguna bagi
terciptanya tulisan yang lebih baik lagi kedepannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmadi,
Abu dan Joko Tri Prasetya, 2005. Strategi pembelajaran UntuK Fakultas Tarbiyah.
Bandung:Pustaka Setia.
Budiyanto,
Mangun dan Syamsul Kurniawan, 2012. Strategi dan Metode Pembelajaran Dalam
Pendidikan Agama Islam. Yogyakarta : Griya Santri.
Purnomo,
Bayu Gilang,
http://Purnama-bgp.blogspot.in/2011/11/metode-sosiodrama-dan-bermain-peran_01.html
diambil pada Minggu 23 November 2014 jam 02:00
[1]
Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, Strategi Pembelajaran Untuk Fakultas
Tarbiyah, Bandung, Pustaka Setia, hlm 65
[2]
Mangun Budiyanto dan Syamsul Kurniawan, Strategi dan Metode Pembelajaran Dalam
Pendidikan Agama Islam, Yogyakarta, Griya Santri, hlm 119
[3]
Mangun Budiyanto dan Syamsul Kurniawan, hlm 122-123, ibid.
[4]
ibid
[5]
Bayu Gilang Purnomo,
http://Purnama-bgp.blogspot.in/2011/11/metode-sosiodrama-dan-bermain-peran_01.html
[6]
Mangun Budiyanto dan Syamsul Kurniawan, hlm.119-122, op.cit
[7]
ibid
[8]
Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, hlm 66-67.op.cit
mantap gan,,, thanks infonya
ReplyDeletekunjungan balik gan
http://www.endrymesuji.com/2015/01/download-game-pc-dead-rising-3-full.html