Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas akhir semester I
ULUMUL QUR’AN
AL-QUR’AN DAN WAHYU
Dosen pengampu: IBI SYATIBI, M.Si.
Di Susun Oleh :
Nama :
GATOT WAHYUDI
Semester :
1B
NIM :
11013541
SEKOLAH
TINGGI ILMU TARBIYAH YOGYAKARTA
(
S T I T Y )
2011
PEMBAHASAN
WAHYU
A.
PENGERTIAN WAHYU
Kata wahyu bagi kita sebagai pelajar dan pengajar
muslim, bukan sesuatu yang asing. Kita sering mendengarnya tidak saja dalam
kegiatan belajar, atau forum ceramah – ceramah agama, tetapi juga dalam nyanyian
yang bernafas keislaman, dan bahkan kata tersebut bagi sebagian kaum muslimin
dijadikan nama bagi putra mereka.
Akan tetapi, yang akan dibahas dalam uraian ini
adalah wahyu sebagai rangkaian informasi keagamaan yang disampakan Allah kepada
umat manusia melalui utusanNYA. Dan untuk itu, akan dibahas pengertian wahyu
ini baik dari sudut kebahassaannya, maupun makna termonologinya.
Kata wahyu yang kini sudah merupakan bagian dari
khazanah kebahasaan Indonesia, berasal dari bahasa arab dengan bentuk-bentuk
ubahan waha (وحي) yahi (يحى) wahyan (وحيا)
yang berarti suara, api, kecepatan, bisikan, isyarat, tulisan, dan juga
perintah.
Al-Wahy atau
wahyu adalah kata masdar (infinitif); dan materi kata itu menunjukkan dua pengertian dasar, yaitu: tersembunyi dan cepat. Oleh sebab itu, maka dikatakan bahwa wahyu
ialah pemberitahuan secara
tersembunyi dan cepat yang khusus ditujukan kepada orang yang diberitahu tanpa
diketahui orang lain. Menurut ilmu
bahasa, wahyu ialah : isyarat yang cepat dengan tangan dan sesuatu isyarat yang dilakukan bukan dengan
tangan. Juga bermakna surat, tulisan,
sebagaimana bermakna pula, segala yang kita sampaikan kepada orang lain untuk diketahuinya.
Wahyu itu ialah : yang dibisikkan kedalam sukma, diilhamkan dan isyarat cepat yang lebih mirip kepada dirahasiakan daripada dilahirkan.
Pengertian wahyu dalam arti bahasa meliputi:
- Ilham sebagai bawaan dasar manusia, seperti wahyu
terhadap ibu Nabi Musa:
وأوحينا إلى أم موسى أن
أرضعيه ...
"Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa: "Susuilah dia... " (al-Qasas [28]: 7).
Ilham yang berupa naluri pada binatang, seperti wahyu kepada lebah:
وأوحى ربك إلى
النحل أن اتخذي من الجبال بيوتا ومن الشجر ومما يعرشون
Dan Tuhanmu telah mewahyukan (ilhamkan) kepada lebah: 'Buatlah sarang di bukit-bukit,
di pohon-pohon kayu, dan di rumah-rumah yang
didirikan manusia. (an-Nahl
[16]: 68).
- Isyarat yang cepat melalui rumus dan kode, seperti
isyarat Zakaria yang diceritakan
Qur'an:
فخرج على قومه من المحراب فأوحى إليهم
أن سبحوا بكرة وعشيا
"Maka keluarlah
dia dari mihrab, lalu memberi
isyarat kepada mereka:
'Hendaklah kamu bertasbih
di waktu pagi dan petang. "'(Maryam [19]:11).
- Bisikan dan tipu daya setan untuk menjadikan
yang buruk kelihatan indah dalam diri manusia.
...وإن الشياطين
ليوحون إلى أوليآئهم ليجادلوكم وإن أطعتموهم إنكم لمشركون
"Sesungguhnya syaitan-syaitan
itu membisikkan kepada kawankawannya agar mereka
membantah kamu." (al-An`am [6]:121).
وكذلك جعلنا لكل
نبي عدوا شياطين الإنس والجن يوحي بعضهم إلى بعض زخرف القول غرورا
"Dan demikianlah Kami jadikan
bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu
syaitan-syaitan dari jenis manusia dan dari jenis jin; sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain
perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu manusia." (al-An'am [61:112).
- Apa
yang disampaikan Allah kepada para malaikatnya berupa suatu perintah untuk dikerjakan.
إذ يوحي ربك إلى الملآئكة أني معكم
فثبتوا الذين آمنوا
"Ingatlah ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat:
'Sesungguhnya Aku bersama kamu, maka teguhkanlah pendirian orang-orang
yang beriman. "' (al-Anfal [8]:12)
Dengan demikian, penggunaan kata wahyu dalam
Al-Qur’an antara lain untuk makna isyarat, bisikan, insting dan juga perintah.
Sedangkan dalam tradisi kebahasaan arab kata wahyu bisa digunakan untuk makna
api, kecepatan, bisikan, rahasia, isyarat, tulisan dan kitab.
Kemudian kata wahyu tersebut digunakan juga dalam
pembahasan keilmuan, khususnya ilmu-ilmu Al-Qur’an dengan makna pengetahuan
yang disampaikan Allah kepada para rosulNya.
Pengertian
wahyu secara terminology, wahyu adalah sebutan bagi sesuau yang dituangkan
dengan cara cepat dari Allah kedalam dada nabi-nabiNya, sebagaimana
dipergunakan juga untuk lafadz Al-Qur’an. Dapat diartikan pula bahwa wahyu
Allah kepada nabi-nabiNya adalah pengetahuan pengetahuan yang Allah tuangkan
kedalam jiwa nabi, untuk mereka sampaikan kepada manusia untuk menunjuki dan
memperbaiki mereka didalam dunia serta membahagiakan mereka di akhirat.
\
- PENGERTIAN
AL-QUR’AN
Al-Qur’an menurut pendapat yang paling kuat seperti
yang dikemukakan Dr. Subkhi Al-Shahih berarti ‘bacaan’, asal katanya adalah
“qara’a”. kata Al-Qur’an itu berbentuk masdar dengan arti isim maful yaitu
”makru” yang dibaca
Sedangkan menurut istilah dalam pembahasan ilmu
Al-Qur’an sebagaimana dikemukakan Shubhi Al-Shahih adalah sebuah kitab suci
yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW, yang dapat melemahkan para
penentangnya ditulis dalam beberapa mashaf, disampaikan secara mutawwatir, daan
membaca serta mempelajarinya dihukumi ibadah.
Ali Al-Shabuni mengenukakan bahwa Al-Qur’an adalah kalam
Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW , melalui Jibril AS yang dapat
melemahkan para penantangnya ditulis dalam beberapa mushaf, disampaikan kepada
kita dengan cara mutawatir, yang dimulai dari surat Al-Fatihah dan diakhiri
dengan surat An-Naas, dan membaca serta mempelajarinya dihukumi ibadah
- CARA
AL-QUR’AN DIWAHYUKAN
Nabi
Muhammad SAW dalam hal menerima wahyu mengalami bermacam-macam cara dan
keadaan, diantaranya:
- Langsung
dari Allah kepada nabi tanpa perantara
a. Berbicara
langsung dari balik tabir
Sebagaimana
terdapat dalam surat As-syuura ayat 51 yang berbunyi: “dan tidaklah mungkin
bagi seorang manusia pun Allah berkata kata dengannya, kecualimelalui perantara
wahyu atau dibalik tabir atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu
diwaahyukan kepadanya dengan seizinNyaapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia
Maha Tinggi Lagi Maha Bijaksana
b. Melalui
mimpi yang benar
Seperti
yang ditegaskan oleh ‘Aisyah ra., dalam sebuah hadis yang berbunyi ‘dari ‘Aisyah
ra, dia berkata bahwa awal-awal wahyu yang diterima Rasulullah adalah melalui
mimpi benar yang dialami dalam tidurnya. Dan beliau tidak melihat dalam
mimpinya itu, kecuali cahaya terang seperti fajar di waktu shubuh. (HR.BUKHORI
MUSLIM)
- Melalui
perantara malaikat
- Malaikat menampakkan dirinya kepada Nabi dengan
rupanya yang asli. Hal ini tersebut dalam Al-Qur'an. "Sesungguhnya Muhammad telah melihatnya
(Jibril) pada kali yang lain. Ketika (ia berada) di Sidratul Muntaha ". (QS. A n-Najm :13-14).
- Malaikat memasukkan wahyu kedalam hatinya. Dalam hal ini Nabi Muhammad SAW tidak melihat sesuatu apapun, hanya
beliau merasa bahwa itu sudah berada saja dalam kalbunya. Mengenai hal ini Nabi mengatakan : "Ruhul
Qudus mewahyukan ke dalam kalbuku". (QSAsySyuura : 51).
- Malaikat menampakkan dirinya kepada Nabi Muhammad SAW berupa seorang
laki-laki yang mengucapkan kata-kata kepadanya sehingga beliau mengetahui dan hafal benar akan kata-kata itu.
- Wahyu
datang kepadanya seperti gemerincing lonceng. Cara yang seperti inilah yang amat berat yang dirasakan oleh Nabi.
Kadang-kadang pada keningnya bercucuran
keringat, terkadang disaat beliau mengendarai unta, untanya berhenti dan terduduk karena merasakan
beban yang teramat berat
- Israfil
turun membawa beberapa kalimat wahyu, sebelum Jibril datang membawa wahyu Al-Qur'an.
- HIKMAH
AL-QUR’AN DITURUNKAN BERANGSUR-ANGSUR
Dari beberapa sumber yang ada menyebutkan bahwa
Al-qur’an diturunkan secara berangsur angsur dalam masa 22 tahun 2 bulan 22
hari. 13 tahun di Mekkah dan 10 tahun di Madinah. Turunya Al-Qur’an secara
berangsur angsur diantaranya :
- Agar
lebih mudah dimengerti dan diamalkan. Apabila Al-Qur’an yang berisikan
perintah dan larangan diturunkan sekaligus, maka niscaya manusia akan
sulit untuk mengamalkannya, hal ini disebutkan dalam sebuah hadis yang
diriwayatkan oleh Bukhori dari Aisya ra.
- Turunnya
suatu ayat sesuai dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi. Hal ini tentu
akan lebih mengesankan dan lebih berpengaruh didalam hati manusia. Wahyu
itu apabila diturunkan tiap-tiap waktu kejadian, maka teguhlah hati yang
menerimanya.
- Memudahkan
proses penghafalan.
- Diantara
ayat ayat yang turun ada yang merupakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan
atau penolakan terhadap suatu pendapat atau perbuatan. Sebagaimana dikatakan oleh Ibnu
Abbas r.a., hal ini
tidak mungkin terjadi jika kalu Al-Qur'an diturunkan sekaligus.
- Diantara ayat-ayat itu ada yang nasikh dan
ada yang mansukh sesuai dengan kemaslahatan. Hal ini tidak dapat dilakukan sekiranya Al-Qur'an
diturunkan secara sekaligus.
- KEDUDUKAN AL-QUR’AN
Apabila kita memandang Al-Qur'an
dalam konteks dasar-dasar keislaman, maka kedudukan A1-Qur'an merupakan sumber utama (sumber dari segala sumber) atau pokok-pokok asasy bagi
syari'at Islam. Kemudian dari A1-Qur'an inilah diambil segala pokok-pokok syari'at dan cabang-cabangnya. Sehingga dapat pula dikatakan bahwa Al-Qur'an dalam Al-Qur'an.
Oleh karena Al-Qur'an dasar-dasar pokok, maka
dalam hal memahaminya memerlukan tafshil. Oleh karena itu, Al-Qur'an memerlukan hadits dalam hal penjelsannya. Maka dikenallah bahwa hadits (sunnah)
merupakan sumber yang kedua dalam Islam
setelah Al-Qur'an.
- NAMA-NAMA AL-QUR’AN
1.
Al-Qur’an
Menurut bahasa artinya ’bacaan’ alasan dinamakan Al-Qur’an karena banyak
kata-kata Al-Qur’an terdapat dalam ayat, antara lain firman Allah SWT dalam
surat Qaaf :1:
ق والقرآن المجيد
2. Al-kitab
Menurut bahasa artinya ‘tulisan’ alasan
dinamakan Al-kitab karena kata Al-kitab merupakan kata terbanyak ke-2 setelah
Al-Qur’an. Diantara lain dalam surat Az-Zumar ayat ke 41:
انا انزلنا عليك الكتاب للناس بالحق
Sesungguhnya kami telah menurunkan Al-kitab kepadamu ( wahai Muhammad )
dengan membawa kebenaran bagi manusia.
3.
Al-Furqon
Seperi tertera dalam Al-Qur’an surat AL-Furqon ayat 1
تبارك الذي نزل الفرقان على عبده ليكون للعالمين نذيرا
Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqaan (Al
Qur'an) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh
alam
4. Adz-Dzikr
seperti dalam Al-Quran surat Al-Hijr ayat 9
إنا نحن نزلنا الذكر وإنا له لحافظون
Sesungguhnya
Kami-lah yang menurunkan Al Qur'an (adz-Dzikr), dan sesungguhnya Kami
benar-benar memeliharanya.
5.
At-Tanzil
Seperti dalam Al-Qur’an surat Asy-Syura ayat 192-193
وإنه لتنزيل رب العالمين نزل به الروح الأمين
Dan
sesungguhnya Al Qur'an (al-Tanzil) ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan
semesta alam, dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al Amin (Jibril)
Sifat-sifat dalam Al-Qur’an sungguh sudah tertera dalam
sejumlah
ayat-ayat Al-Qur’an, bahkan sedikit sekali surat-surat
dalam Al-Qur’an yang tidak menyebutkan sifat-sifat yang indah dan mulia
terhadap kitab yang diturunkan oleh Tuhan yang Maha Mulia yang dijadikan
Mukjizat yang abadi bagi seorang nabi
yang terakhir, diantaranya
$pkr'¯»t â¨$¨Z9$# ôs% Nä3ø?uä!$y_ ×psàÏãöq¨B `ÏiB öNà6În/§ Öä!$xÿÏ©ur $yJÏj9 Îû ÍrßÁ9$# Yèdur ×puH÷quur tûüÏYÏB÷sßJù=Ïj9
Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran
dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan
petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. (QS. Yunus : 57)
ãAÍit\çRur z`ÏB Èb#uäöà)ø9$# $tB uqèd Öä!$xÿÏ© ×puH÷quur tûüÏZÏB÷sßJù=Ïj9 wur ßÌt tûüÏJÎ=»©à9$# wÎ) #Y$|¡yz
dan Kami
turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang
yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim
selain kerugian. (QS. Al-Isra’ : 82)
kata
Al-Qur’an adalah sama halnya dengan kata “Qira’at adalah masdar dari kata
Qara’a-qira’atan dan qur’anan” demikian menurut sebagian ulama dengan mengambil
alasan firman Allah QS.Al-Qiyamah:17-18
¨bÎ) $uZøn=tã ¼çmyè÷Hsd ¼çmtR#uäöè%ur #sÎ*sù çm»tRù&ts% ôìÎ7¨?$$sù ¼çmtR#uäöè%
Sesungguhnya
atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai)
membacanya .apabila Kami telah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya
itu.
Pengertian
“qur’anahu di sini sama dengan “qira’atahu”. Maka lafadz “qur’an” menurut
pendapat ini adalah musytak ( pengambilan dari kata kerja). Sebagaian ulama
yang lain berpendapat bahwa lafadz Al-Qur’an bukanlah musytak dari qara’a
melainkan isim alam (nama sesuatu) bagi kitab yang mulia sebagaimana halnya
nama taurot dan injil. Ini adalah pendapat Imam Syafi’I (lihat kitab
‘mabahitsul Qur’an karangan Al-ustadz Manna’ Al-Qaththan)
G.
Ayat Pertama dan Terakhir Turunnya
Permulaan turun AI-Qur'anul Karim adalah tanggal 17
Ramadhan tahun ke 40 dari kelahiran
Nabi s a w. yaitu dikala beliau sedang
bertahannuts (beribadah) di Gua Hira, dimana kala itu turun wahyu (Jibril AI-Amin) dengan membawa beberapa
ayat AIQur'anul Hakim. la (Jibril) menyekap Nabi ke dadanya lalu melepaskannya (dan melakukan yang demikian itu
berulang tiga kali), sambil
mengatakan "iqra' (bacalah)"
pada setiap kalinya, dan Rasul s a w. menjawabnya "ma ana bi qaari (saya tidak
bisa membaca)". Pada dekapan yang ketiga kalinya Jibril membacakan:
اقرأ باسم ربك الذي خلق خلق الإنسان من علق
اقرأ وربك الأكرم الذي علم بالقلم علم الإنسان ما لم يعلم
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan
manusia dari segumpal darah. Bacalah,
dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang
mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Al-Alaq:
1-5.
Adapun ayat terakhir turun ialah QS. Al-Baqarah: 281:
واتقوا يوما ترجعون فيه إلى الله ثم توفى كل نفس ما كسبت وهم
لا يظلمون
Dan
peliharalah dirimu dari (adzab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu
semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan
yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikit pun
tidak dianiaya (dirugikan).
Ini adalah pendapat yang benar dan kuat menurut basil seleksi para Ulama yang tokohnya As-Sayuthy. Pendapat
ini dikutip dari seorang tokoh ummat, yaitu Abdullah bin Abbas yang diriwayatkan oleh Nasa'i dari `Ikrimah dari Ibnu
Abbas, bahwasanya ia berkata: "Ayat Al-Qur'an yang terakhir
diturunkan.ialah ayat:
واتقوا يوما ترجعون فيه إلى الله
Dan Nabi setelah turun ayat itu hanya
hidup 9 (sembilan hari) yang kemudian beliau wafat pada mat am Senin tanggal 3 Robi'ul Awwal. Adapun pendapat sebagian Ulama yang
mengatakan bahwa ayat Al-Qur'an yang terakhir diturunkan ialah firman Allah al-Maidah: 3:
اليوم أكملت لكم دينكم وأتممت عليكم نعمتي ورضيت لكم الإسلام دينا
Pada hari ini telah Ku-sempurnakan
untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan ni'mat-Ku kepadamu serta telah Ku- ridhai
bagimu Islam itu sebagai agama.(Al-Maidah: ayat 3).
Ini adalah pendapat yang tidak
benar, karena ayat tersebut diturunkan kepada Rosul s a w. pada waktu beliau
melaksanakan haji wada` di kala beliau wukuf di 'Arafah, yang setelah itu beliau masih sempat hidup selama 81 (delapanpuluh satu)
hari, dan sebelum beliau wafat turun sebuah ayat dari surat Al-Baqarah:
واتقوا يوما ترجعون فيه إلى الله
Maka itulah ayat yang terakhir
diturunkan, bukan ayat pada surat Al-Maidah. Inilah pendapat yang benar, dan dengan turunnya ayat ini terputuslah wahyu, dan
sekaligus sebagai akhir hubungan antara langit dengan bumi. Setelah turun penutup/yang
terakhir ayatAI-Qur'an ini, Rosulullah s a w. pindah ke pangkuan Yang Maha Agung (wafat) setelah beliau menyampaikan
amanat dan risalahnya serta menunjukkan manusia kepada ajaran Allah.
Ayat AI-Maidah sebagal ayat yang
belakang diturunkan.
Diantara dalil yang menunjukkan bahwa ayat pada
surat AlMaidah diturunkan dikala Haji Wad;'
adalah sebuah hadits Fang diriwayatkan dalam
Shahih Bukhary bahwa salah seorang Yahudi pernah datang menghadap Umar
Ibnu Khattah dan berkata: Amirul
Mukminin!, ada sebuah ayat dalam kitabmu yang kalau diturunkan kepada kami golongan Yahudi niscava
hari turunnya itu akan kami jadikan
sebagai hari besar (ied). Umar bertanya: Ayat manakah yang anda maksudkan? la menjawab: "Firman Allah s. W. t.:
اليوم أكملت لكم دينكم وأتممت عليكم نعمتي
ورضيت لكم الإسلام دينا
Seraya Umar menjawab: "Demi Allah, Sungguh aku tahu benar tempat diturunkannya ayat tersebut serta
saat dimana diturunkan. Ayat tersebut diturunkan pada waktu Rasul s a w. berada
di Arafah,
Hari
Jum'at setelah Ashar".') Tegasnya ayat tersebut diturunkan pada suatu hari raya Islam.
yang paling besar, yaitu hari raya yang melebihi hari raya lainnya.
Catatan
Imam As-Sayuthy dalam kitabnya Al-Itqan fi 'Ulumil Qur'an mengemukakan beberapa persoalan tentang
ayat yang pertama dan yang terakhir diturunkan. Beliau menjawab persoalan tersebut dengan jawaban yang tepat dapat kami
simpulkan sebagai berikut:
Persoalan pertama: Bahwasanya telah diriwayatkan dalam shahih Bukhary Muslim (shahihain),dari
hadits Jabir bin Abdillah bahwa is ditanya: "Ayat Al-Qur'an manakah yang
pertama diturunkan? la menjawab:
يا أيها المدثر
la dibantah:
"bukan, melainkan al-Alaq 1-5. Lantas ia berkata: "Saya akan menceriterakan
kepadamu tentang yang pernah Rasul ceriterakan kepada kami, Rasul s a w. pernah bersabda: "Aku pergi ke Gua Hira dan setelah menetap di sana aku pulang (turun dari bukit) menuju
lembah aku memandang ke muka dan ke belakang ke kiri dan ke kanan, kemudian aku memandang ke langit, tiba-tiba nampaklah Jibril dan aku menjadi gemetar. Aku cepat
mendatangi Khadijah dan kuperintahkan
mereka: "selimutilah aku!", lalu Allah menurunkan ayat
يا أيها المدثر
Hadits
tersebut menunjukkan bahwa ayat pada surat Al-Muddatsir adalah ayat yang pertama diturunkan.
Pendapat tersebut dijawab oleh As-Sayuthy dengan
beberapa jawaban, yang pertama: Pertanyaan ini adalah pertanyaan tentang turunnya satu surat secara sempurna.
Jelaslah bahwa surat "Al-Muddatsir"
diturunkan secara sempurna sebelum diturunkannya surat "Igra" (AI-'Alaq) secara sempurna, karena surat lqra' yang
pertama diturunkan adalah hanya
bagian yang awalnya. Hal ini didukung oleh sebuah Hadits dalam Shahih Bukhary, Muslim, Riwayat Abdullah bahwa
is berkata: Saya mendengar Rasulullah s a w. tatkala beliau menceriterakan tentang renggangnya wahyu. Beliau
hersabda dalam sebuah haditsnya: "Ketika aku berjalan tiba-tiba aku
mendengar suara dari langit dan aku segera melihat ke atas, tiba-tiba Malaikat yang pernah datang di Gua Hira nampak sedang
duduk di kursi (berada pada suatu
tempat) antara langit dan humi. Akupun segera pulang dan segera kukatakan "selimutilah aku"
kemudian Allah menurunkan
ayat:
يا أيها المدثر
Dengan adanya kata "Malaikat
yang pernah datang ke Gua Hira" menunjukkan bahwa kisah ini (turunnya
Al-Muddatsir) adalah lebih belakangan dari kisah Gua Hira (Iqra' Bismi Rabbika.......)
Imam As-Sayuthy memberikan jawaban be rikutnya dalam kitab tersebut yang tidak perlu
disebutkan di sini.
Persoalan ke-dua: Bahwa ayat AI-Maidah yang berbunyi:
اليوم أكملت لكم دينكم وأتممت عليكم نعمتي
ورضيت لكم الإسلام دينا
Adalah menunjukkan bahwa Agama Islam telah lengkap dan sempurna, karena itu bagaimana mungkin
masih turun beberapa ayat yang lain? Itulah sebabnya kami mengatakan bahwa ayat tersebut adalah sebagai ayat Al-Qur'an
yang terakhir diturunkan.
Jawaban tentang pendapat.tersebut
adalah: Allah s.w.t. telah Menyempurnakan
ajaran Islam dengan penjelasan berbagai kewajiban dan hukum/ketetapan, penjelasan tentang halal dan haram. Se gala hal yang dibutuhkan oleh ummat telah
dijelaskan oleh Allah s. ww t., juga telah diperinci tentang segala
hukum-hukumnya sehingga mereka
berada di atas landasan yang jelas. Kesemuanya itu bukan berarti menutup samasekali kemungkinan masih
turunnya ayat-ayat lain yang berhubungan dengan peringatan dan ancaman
dari Allah, dan yang berhubungan
dengan peringatan kepada manusia akan adanya gejolak yang maha dahsyat di hadapan Tuhan sebagai penegak hukum Yang Maha Bijaksana pada hari tersebut,
yaitu suatu hari dimana harta dan anak
cucu tidak lagi ada manfaatnya kecuali bagi orang yang menghadap Allah dengan hati yang tulus. Berdasarkan uraian di atas sekelompok Ulama telah menegaskan bahkan As-Suddy sendiri mengatakan bahwa setelah diturunkan
ayat Al-Maidah tidak lagi akan turun
ayat tentang yang halal dan yang haram.
No comments:
Post a Comment