Friday, 29 November 2013

SEJARAH TAREKAT DI INDONESIA DAN TAREKAT MU'TABRAH DALAM ISLAM


MAKALAH
SEJARAH TAREKAT DI INDONESIA DAN TAREKAT MU'TABRAH DALAM ISLAM

Oleh : Gatot Wahyudi

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM YOGYAKARTA

BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang Masalah
Tasawuf atau sufisme adalah satu cabang keilmuan dalam islam atau secara keilmuan adalah hasil kebudayaan Islam setelah wafatnya Rasulullah SAW. Ketika beliau hidup belum ada istilah tasawuf, yang ada hanya sebutan Shahabat. Tapi perilaku yang di ajarkan nabi sudah ada yang seperti tasawuf.
Seiring berjalannya waktu dan berkembangnya Islam setelah Sahabat, tabi’in hingga berkembang ke Afrika, Asia, Asia Timur, Asia Tengah, sampai ke negara-negara yang berada di tepi lautan Hindia termasuk Indonesia ilmu Tasawuf telah mendapatkan kedudukan yang tetap. Dengan adanya ilmu Tasawuf yang datang ke Indonesia, maka ada pula para sufi yang ada di indonesia yang tak terlepas para Sufi yang menyebarkan ajaran Islam.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Sejarah dan perkembangan tarekat di Indonesia?
2.      Siapa saja tokoh-tokoh tarekat di Indonesia?
3.      Bagaimana sejarah aliran-aliran tarekat ( Mu’tabrah ) dalam islam?
4.      Siapa saja tokoh-tokoh aliran tarekat ( mu’tabrah ) dalam islam?









BAB II
PEMBAHASAN

A.   Sejarah dan Perkembangan Tarekat di Indonesia
Asal kata tarekat dalam bahasa arab ialah ‘ Tariqah ‘ yang berati jalan, keadaan, aliran. Tarekat adalah jalan yang ditempuh para sufi.
Sebenarnya membicarakan tarekat tak bisa lepas dengan membicarakan tasawuf karena pada dasarnya tarekat itu bagian dari tasawuf. Di dunia islam tasawuf telah menjadi kajian keislaman dan telah menjadi ilmu tersendiri.
Pertumbuhan tarekat telah dimulai sejak abad ke-3 dan ke-4 H, namun perkembangan dan kemajuannya terjadi pada abad ke-6 dan ke-7 H. Tarekat telah dikenal di dunia Islam terutama di abad ke 12/13 M (6/7 H) dengan hadirnya tarekat Qadiriyah yang didasarkan pada sang pendiri Abd Qadir al-Jailani (1077-1166 M), seorang ahli fiqih Hambalian yang memiliki pengalaman mistik mendalam. Setelah al-Jailani wafat, ajaran-ajarannya dikembangkan oleh anak-anaknya dan menyebar luas ke Asia Barat dan Mesir. Tarekat Qadiriyah ini mengikuti corak tasawufnya al-Gazali, yaitu tasawuf suni.[1]
Penyebaran Islam di Asia tenggara melalui tiga tahap :
1.      Islam disebarkan oleh para pedagang yang berasal dari Arab, India, dan Persia disekitar pelabuhan (Terbatas). 
2.      Datang dan berkuasanya Belanda di Indonesia, Inggris di semenanjung Malaya, dan Spanyol di Fhilipina, sampai abad XIX M
3.      Tahap liberalisasi kebijakan pemerintah Kolonial, terutama Belanda di Indonesia.[2]
Karena Indonesia yang terletak di antara dua benua dan dua samudra, yang memungkinkan terjadinya perubahan sejarah yang sangat cepat. Keterbukaan masyarakat menjadikan pengaruh luar yang masuk tidak dapat dihindari. Pengaruh dari luarpun  diserap dan kemudian disesuaikan dengan budaya yang dimiliki, maka  lahirlah islam dalam bentuk baru yang khas Indonesia.[3]  

B.   Tokoh-tokoh Tareqat di Indonesia
1.      Hamzah Al-Fansuri ( W. 1016 H )
Syech Hamzah Al-Fansuri adalah seorang pujangga islam yang sangat populer di zamannya sehingga namanya menghiasi lembaran-lembaran kesusatraan Melayu dan Indonesia. Dalam buku-buku sejarah mengenai Aceh, namanya selalu di uraikan dengan panjang lebar. Hampir semua penulis islam mencatat bahwa Syech Hamzah Al-Fansuri dan muridnya Syech Syamsuddin As-Sumatrani termasuk tokoh sufi yang sepaham dengan Al-Hallaj. Meskipun keberadaan Al-Fansuri diyakini para ahli yakni berasal dari Aceh, namun tahun dan tempat kelahirannya hingga sekarang masih belum diketahui. [4]
Berdasarkan kata “Fansur” yang menempel pada namanya, sebagian peneliti beranggapan bahwa ia berasal dari Fansur ( sebutan orang arab terhadap kota kecil di pantai barat Sumatra Utara ). Dalam sebuah syair ia menulis :
Hamzah Nur asalnya Fansuri, mendapat wujud di tanah Syahr nawi, Beroleh khilafat ilmu yang ‘ali, daripada Abdul Qodir Sayyid Jaelani.
Ada yang berpendapat bahwa Syahr nawi merupakan ibu kota kerajaan Siam pada zaman silam, pendapat lain bahwa Syahr Nawi adalah tanah Aceh sebagai peringatan pangeran Syahir Nuwi yang dulu sebelum islam masuk, dialah yang membangun aceh.[5]
           Ajaran- Ajaran Tasawuf Hamzah Al-Fansuri
a.       Allah.
Dalam salah satu syiirnya fansuri berkata : “ Mahbubmu itu tiada berha’il, pada ayna ma tuwallu jangan kau ghafil, fa tsamma wajhullah sempurna wasil, inilah jalan orang yang kamil “. Beliau menolak ajaran pranayama dalam agama Hindu yang membayangkan Tuhan berada di bagian tertentu dari tubuh seperti ubun-ubun yang dipandang sebagai jiwa dan dijadikan titik konsentrasi dalam usaha mencapai persatuan. [6]
b.      Hakikat Wujud dan Penciptaan
Menurutnya, wujud itu hanyalah satu walaupun kelihatan banyak. Dari wujud yang satu ini ada yang merupakan kulit dan isi. Semua benda yang ada sebenarnya merupakan manifestasi yang hakikiyang disebut Al-haqq Ta’ala.[7]
2.      Syech Abdur Rauf As-Sinkili ( 1024-1105 H)
Abdur Rauf As-Sinkili adalah seorang ulama dan mufti besar kerajaan aceh pada abad ke-17. Nama lengkapnya adalah Syekh Abdur Rauf bin ‘Ali Fansuri. As-Sinkili mempunyai banyak murid, diantaranya adalah Syekh Burhanuddin Ulakan ( W. 1111 H) yang aktif mengembangkan Tarekat Syathariyah.
Diantara karya-karya As-Sinkili adalah :
a.       Mir’at Ath-Thullab ( Fiqh Syafi’i bidang Muamalat )
b.      ‘Umdat Al-Muhtajin ( Tasawuf)
c.       Syams Al-Ma’rifah ( Tasawuf tentang Ma’rifah )
Dll.
             Ajaran-Ajaran Tasawuf As-Sinkili
1)      Kesesatan Ajaran Tasawuf Wujudiyah
Sebelum As-Sinkili membawa ajaranya di Aceh telah berkembang ajaran tasawuf falsafi, yaitu tasawuf wujudiyah yang kemudian dikenal dengan nama Wahdat Al-Wujud. Ajaran ini dianggap Ar-Raniri sebagai sesat dan penganutnya dianggap murtad. Oleh karena itu terjadilah penghukuman bagi mereka. Tindakan Ar-Raniri dianggap As-Sinkili sebagai tindakan emosional.
2)      Dzikir
Menurutnya dzikir merupakan suatu usahauntuk melepaskan diri darisifat lalai dan lupa. Dengan hati selalu mengingat Allah. Tujuan Dzikir adalah fana’ berarti wujud yang berdzikir bersatu dengan wujud_Nya, sehingga yang mengucapkan dzikir adalah Dia.
3)      Martabat perwujudan Tuhan
Menurutnya ada 3 martabat perwujudan Tuhan, Yaitu:
a)      Martabat Ahadiyyah : Alam yang masih hakikat ghoib di dalam ilmu tuhan.
b)      Martabat Wahdah : sudah tercipta hakikat Muhammadiyah yang potensial bagi terciptanya alam.
c)      Martabat Wahdiyyah : Alam tercipta[8]
3.      Syekh Yusuf Al-Makasari ( 1036-1111 H)
      Syekh Yusuf Al-Makasari adalah seorang tokoh sufi agung yang berasal dari Sulawesi. Ia dilahirkan pada tanggal 8 syawal 1036 H Yang berarti tidak lama setelah kedatangan  tiga orang penyebar islam ke Sulawesi. Yaitu Datuk RI Bandang dan kawan-kawanya dari Minangkabau. Dalam salah satu karangannya ia menulis ujung namanya dengan bahasa arab “Al-Makasari” yang mungkin maksudnya disini adalah Makasar, nama daerah di Sulawesi Selatan. Naluri Fitrah pribadi Syekh Yusuf sejak kecil telah menampakkan diri akan cinta kepada keislaman. Dalam tempo yang relatif singkat ia telah tamat mempelajari Al-Qur’an dan mungkin termasuk penghafal. Ia juga mempelajari ilmu-ilmu lain seperti nahwu, Ilmu Shorof, ilmu Bayan, Maani, badi’, Balaghah, dan Mantiq. Syech Yusuf pernah melakukan perjalan ke Yaman. Di Yaman, ia menerima tarekat dari Syechnya yang terkenal yakni Syekh Abi Abdullah Muhammad Baqi Billah.[9]

C.   Sejarah Aliran Tarekat Mu’tabrah dalam Islam dan Tokoh-tokohnya
`1. Tarekat Qodiriyah
     Tarekat Qodiriyah adalah nama sebuah tarekat yang diambil dari nama pendirinya, Syekh Abd Qadir Al-Jaelani ( 470 H/1077M – 561 H/1166 M ) yang lebih dikenal dengan sebutan Quthb Al-Awliya’. Tarekat ini menempati posisi yang amat penting dalam sejarah spiritualitas islam karena tidak saja sebagai pelopor lahirnya organisasi tarekat, tetapi juga cikal bakal munculnya berbagai cabang tarekat di dunia islam. Tarekat Qodiriyah berkembang dan berpusat di Irak dan Siria kemudian diikuti oleh jutaan umat muslim yang tersebar di Yaman, Turki, Mesir, India, Afrika, dan Asia. Tarekat ini sudah berkembang sejak abad ke-13. [10]
    Diantara praktek tarekat Qadiriyah adalah Dzikir ( terutama melantunkan asma’ Allah berulang-ulang).
2.     Tarekat Syadziliyah
      Tarekat ini didirikan oleh Abu Al-Hasan Asy-Syadzili ( 593H/1196M-656H/1258M). Syadziliyah menyebar luas di sebagian besar dunia Islam. Ia diawakili di Afrika Utara terutama oeh cabang-cabang Fasiyah dan Darqawiyahserta berkembang pesat di Mesir, tempatnya ada 14 cabang yang dikenal secara resmi pada tahun 1985.[11]
Sebagaian Ajaran ini dipengaruhi oleh Al-Ghozali dan Al-Makki. Salah satu perkataanya kepada murid-muridnya adalah :”Seandainya kalian mengajukan suatu permohonan kepada Allah SWT., Sampaikanlah melalui Abu hamid Al-Ghozali”.[12]
3.     Tarekat Naqsabandiyah
       Tarekat ini didirikan oleh Muhammad Bahauddin An-Naqsabandani Al-Awisi Al-Bukhari (W.1389M) di Turkistan. Tarekat Naqsabandiyah mempunyai dampak dan pengaruh sangat besar kepada masyarakat muslim di berbagai wilayah yang berbeda-beda. Tarekat ini pertama kali berdiri di Asia Tengah, kemudian meluas ke Turki, Suriah, Afghanistan, dan India. Dalam perkembangannya tarekat ini menyebar ke Anatolia (Turki) kemudian meluas ke India dan ke Indonesia dengan berbagai nama baru yang disesuaikan dengan pendirinya di wilayah tersebut.
        Ciri menonjol Tarekat ini adalah : Pertama, mengikuti syariat secara ketat, keseriusan dalam beribadah yang menyebabkan penolakan terhadap musik dan tari, dan lebih menyukai berdzikir dalam hati. Kedua, upaya yang serius dalam mempengaruhi kehidupan dan pemikiran golongan penguasa serta mendekati negara pada agama.[13]


4.     Tarekat Yasafiyah dan Khawajagawiyah
        Tarekat Yasafiyah didirikan oleh Ahmad Al-Yasafi (w.562H) dan disusul oleh Tarikat Khawajagawiyah yang disponsori oleh Abd Kholiq Al-Ghuzwadani (w.617H). kedua Tarikat ini menganut faham tasawuf Abu Yazid Al-Bustami (w.452H)  yang dilanjutkan oleh Abu Al-Farmadhi (w.477H) dan Yusuf bin Ayyub Al-Hamdani (w.535H). Tarekat Yasafiyah berkembang keberbagai daerah, anatara lain ke Turki. Di sana, tarekat ini berganti nama dengan tarekat Bektashiya yang diidentikkan kepada pendirinya Muhammad ‘Ata’ bin Ibrahim Hajji Bektasy (w.1335M). Tarekat ini sangat populer dan pernah memegang peranan penting di Turki yang dikenal dengan Korp Jenissari yang diorganisir oleh Murad I pada masa Turki Utsmani.[14]
5.     Tarekat Rifa’iyah
        Tarekat rifa’iyah didirikan oleh Ahmad Bin Ali Ar-Rifa’i ( 1106-1182 M) di Irak.  Ahmad Bin Ali Ar-Rifa’i adalah seorang tokoh sufi besar yang saleh, ahli hukum Islam, dan Penganut Madzhab Syafi’i. Ia hidup sezaman dengan Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani. Kemungkinan Besar hingga Abad ke 15, Rifa’iyah merupakan tarekat sufi pertama yang paling tersebar luas seperti di Turki, Suriah, Mesir, dan Indonesia. Di, Indonesia tarekat Rifa’iyah terkenal dengan permainan debus dan tabuhan rebana yang dikenal di Aceh dengan nama Rapa’i dan di Sumatra Barat dengan nama Badabuih.[15]








BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan
Sejarah pertumbuhan tarekat di Indonesia telah dimulai sejak abad ke-3 dan ke-4 H, namun perkembangan dan kemajuannya terjadi pada abad ke-6 dan ke-7 H. Tarekat telah dikenal di dunia Islam terutama di abad ke 12/13 M (6/7 H) dengan hadirnya tarekat Qadiriyah yang didasarkan pada sang pendiri Abd Qadir al-Jailani (1077-1166 M). Karena Indonesia yang terletak di antara dua benua dan dua samudra, yang memungkinkan terjadinya perubahan sejarah yang sangat cepat. Keterbukaan masyarakat menjadikan pengaruh luar yang masuk tidak dapat dihindari. Pengaruh dari luarpun  diserap dan kemudian disesuaikan dengan budaya yang dimiliki, maka  lahirlah islam dalam bentuk baru yang khas Indonesia. Dan tidak adanya bukti-bukti yang kontekstual sehingga penyebaran tarekat di Indonesia juga ada hubungannya dengan masuknya Islam di Indonesia.

Tokoh-Tokoh Tarekat di Indonesia adalah:
1.      Hamzah Fansuri
2.      Syekh Abdul Rauf As-Sinkili
3.      Syekh Yusuf Al-Makasari
Aliran-aliran Tarekat Mu’tabrah dalam islam adalah:
1.      Tarekat Qadiriyah dengan pendirinya Syekh Abd Al-Qadir Al-Jaelani
2.      Tarekat Syadziliyah dengan penddirinya Abu Al-Hasan Asy-Syadzili
3.      Tarekat Naqsabandiyah dengan pendirinya Muhammad Bahauddin An-Naqsabandani Al-Awisi Al-Bukhari
4.      Tarekat Yasafiyah yang didirikan oleh Ahmad Al-Yasafi dan Tarekat Khawajagawiyah yang didirikan oleh Abd Al-Khaliq Al-Ghuzdawani
5.      Tarekat Rifa’iyah yang didirikan Ahmad bin Ali Abdul Abbas Ar-Rifa’i


DAFTAR PUSTAKA

Anwar  Prof.Dr. Rosihon, Akhlak Tasawuf, 2010, Bandung : CV. Pustaka Setia
Anwar  Dr. Rosihon dkk, Ilmu Tasawuf, 2004, Bandung : CV. Pustaka Setia
Solihin  Dr.Muktar dkk, Ilmu Tasawuf, 2008, Bandung : CV. Pustaka Setia
http://mashajirismail.wordpress.com/2011/02/02/10/ diakses pada sabtu 23 November pukul 20:34 WIB


[4] Prof.Dr. Rosihon Anwar, M.Ag., Akhlak Tasawuf, 2010, CV Pustaka Setia: Bandung, hlm 340
[5]Prof.  Dr. Rosihon Anwar, Dkk., Ilmu Tasawuf, 2004, CV Pustaka Setia : Bandung, hlm 173
[6] Prof.Dr.M.Sholihin, M.Ag dkk, Ilmu Tasawuf, 2008, Pustaka Setia : Bandung hlm 247
[7] Ibid.,
[8] Prof.Dr.M.Solihin, M.Ag dkk,. Hlm 252-254
[9] Ibid., hlm 262
[10] Prof.Dr.Rosihon Anwar, M.Ag,. op.cit
[11] Prof.Dr.M.Solihin,M.Ag dkk,.loc.cit
[12] Prof.Dr.Rosihon Anwar,M.Ag. Akhlak Tasawuf, op.cit., hlm 316
[13] Prof.Dr.M.Solihin, M.Ag dkk,. Hlm 212-213
[14] Ibid.,
[15] Prof.Dr. Rosihon Anwar, M.Ag. Op.cit hlm 316

PENTINGNYA MENGHORMATI ORANG TUA


MAKALAH
PENTINGNYA MENGHORMATI ORANG TUA
Disusun untuk memenuhi tugas mata pelajaran Hadits Tarbawy
Di Susun Oleh :
 GATOT WAHYUDI

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM YOGYAKARTA


BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang Masalah
Orang Tua kita adalah orang yang paling berjasa dalam kehidupan kita, beliau telah mengasuh kita dari semasa kita masih dalam alam kandungan sampai dewasa ini. Dalam islam pun Allah SWT telah memerintahkan kita dan Nabi Muhammad pun juga telah mengajarkan kita agar senantiasa mengabdi, berbakti kepada kedua orang tua yang telah berjuang agar kita bahagia. Atas dasar itulah dan pentingnya seorang anak berkewajiban menghormati orang tua, makalah ini kami sajikan agar kita selalu ingat perintah Allah SWT dan Ancaman yang diberikan apabila kita durhaka kepada kedua orang tua kita.

B.   Rumusan Masalah
1.   Apa saja kewajiban anak terhadap orang tuanya?
2.   Apa kedudukan berbakti pada orang tua menurut AL-Qur’an dan Hadits?

C.   Tujuan Penulisan
Mengetahui kewajiban anak terhadap orang tuanya.





BAB II
PEMBAHASAN

Kewajiban Anak terhadap Orang Tua
عَنْ عَبْدِ اللهِ ابْنِ عَمْرِ وَبْنِ العَاصِ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ قال: رِضَااللهُ فِى رِضَا الْوَالِدِيْنِ، وَسُخْطُ اللهِ فِى سُخْطِ الْوَالِدَيْنِ ( رواه البيهقي)
Artinya : Dari Abdillah bin Amr bin Ash RA dari Nabi SAW beliau bersabda:    keridhaan Allah itu didasarkan atas keridhaan kedua orang tua, dan kemurkaan Allah itu didasarkan atas kemurkaan orang tua. (HR.Baihaqi)[1]
Hadits ini memberi petunjuk kepada kita tentang pentingnya berbakti kepada orang tua. Sebagai anak yang Sholeh di samping berbakti kepada Allah, kita juga harus berbakti kepada orang tua.
Orang tualah yang sejak kecil, terutama ibu yang telah mengandung dan melahirkan kita, memelihara, dan mendidik kita. Berbakti kepada orang tua adalah perintah Allah oleh karena itu berbakti kepada orang tua berarti berbakti kepada Allah, dan durhaka kepada orang tua berarti durhaka kepada Allah SWT.
Dalam Hadits lain kewajiban menghormati orang tua adalah
وَ عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رَضِىَ اللهُ عَنهُ قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ إلَى رَسُولِ الله صَلَّى الله عَلَيهِ وَسَلَم فَقَال : " يَارَسُولَ اللهُ، مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِى ؟ قَالَ: ’’ أُمُّكَ’’ قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: ’’ أُمُكَ’’ قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: أُمُّكَ؟ قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ ’’ أَبُوكَ ’’ ( مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ )
وَفِى رِوَايَةٍ : يَارَسُولَ اللهِ ، مَنْ أَحَقُّ بِحُسْنِ الصُّحْبَةِ؟ قَالَ: أُمُّكَ ثُمَّ أُمُّكَ ثُمَّ أبَاكَ ثُمَّ أَذْنَاكَ ثُمَّ أَذْنَاكَ
Artinya : Dan dari Abu Hurairah RA. Berkata, seorang laki-laki datang menemui Nabi SAW dan bertanya, “ Yaa Rosulallah, siapakah orang yang lebih berhak kuperlakukan dengan baik?” Rosulallah SAW menjawab : “ Ibumu”. Dia bertanya, Lalu siapa?. Rasulallah menjawab: “ Ibumu”.  Dia bertanya, Lalu siapa?. Rasulallah menjawab: “ Ibumu”. Dia bertanya, Lalu siapa?. Rasulallah menjawab: “ Ayahmu”. ( Muttafaq ‘Alaih ) Di dalam riwayat lain disebutkan, “Ya Rosulullah, siapakah orang yang lebih berhak kuperlakukan dengan baik?” Rosulullah SAW menjawab, “Ibumu, lalu Ibumu, lalu Ayahmu, lalu orang yang lebih dekat, dan yang lebih dekat.[2]
Dari hadist ini kita bisa mengetahui dengan jelas bahwa posisi Ibu lebih tinggi dari pada ayah, karena ibulah yang mengandung kita selama 9 bulan lamanya, tanpa ada sekalipun mengeluh dan ibu pulalah yang melahirkan kita ke dunia. Rosulullah menegaskan berkali-berkali dalam hadist di atas untuk memperlakukan Ibu dengan sebaik-baiknya.
Jika kita berbakti kepada orang tua, tentu orang tua kita akan senang, bahagia dan meridhai apa yang kita lakukan. Tetapi jika kita durhaka, tentu kedua orang tua kita akan murka dan sakit hatinya.  

Kedudukan menghormati orang tua
1.      Perintah Ihsan kepada Ibu Bapak diletakkan oleh Allah SWT di dalam Al-Qur’an langsung sesudah beribadah hanya kepada-Nya semata-mata atau sesudah larangan mempersukutukan Allah.
 (#rßç6ôã$#ur ©!$# Ÿwur (#qä.ÎŽô³è@ ¾ÏmÎ/ $\«øx© ( Èûøït$Î!ºuqø9$$Î/ur $YZ»|¡ômÎ) ÉÎ/ur 4n1öà)ø9$# 4yJ»tGuŠø9$#ur ÈûüÅ3»|¡yJø9$#ur Í$pgø:$#ur ÏŒ 4n1öà)ø9$# Í$pgø:$#ur É=ãYàfø9$# É=Ïm$¢Á9$#ur É=/Zyfø9$$Î/ Èûøó$#ur È@Î6¡¡9$# $tBur ôMs3n=tB öNä3ãZ»yJ÷ƒr& 3 ¨bÎ) ©!$# Ÿw =Ïtä `tB tb%Ÿ2 Zw$tFøƒèC #·qãsù     
Artinya: Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri. ( QS. An-Nisa’ :34)

2.      Allah SWT mewasiatkan untuk berbuat baik kepada Ibu bapak
$uZøŠ¢¹urur z`»|¡SM}$# Ïm÷ƒyÏ9ºuqÎ/ $YZó¡ãm ( bÎ)ur š#yyg»y_ x8ÎŽô³çFÏ9 Î1 $tB }§øŠs9 y7s9 ¾ÏmÎ/ ÖNù=Ïã Ÿxsù !$yJßg÷èÏÜè? 4 ¥n<Î) öNä3ãèÅ_ötB /ä3ã¤Îm;tRé'sù $yJÎ/ óOçFZä. tbqè=yJ÷ès?
Artinya: Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu- bapaknya. dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya. hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu aku kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (QS. Al-Ankabut : 8 )

3.      Rasulullah SAW meletakkan menghormati orang tua sebagai amalan terbaik nomor dua setelah sholat.
عَنْ أبِي عَبْدُ الرَّحمٰنِ عَبْدُ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ رضى الله عنه قال: سَأَلْتُ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم : أَيُّ الْعَمَلِ اَحَبُّ إِلَى اللهِ تَعَالَ ؟ قال : " اَلصَلَاةُ عَلَى وَقْتِهَا " قُلْتُ : ثُمَّ اَيٌّ ؟ : بِرُّالْوَالِدَيْنِ ، قُلْتُ : ثُمَّ  أيٌّ ؟ قَالَ :الْجِهَادُ فَى سَبِيْلِ اللهِ ( مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ )
Artinya: Dari Abu Abdir Rahman, Abdullah bin Mas’ud RA., Berkata, Aku bertanya kepada Rosulullah SAW., Amal apa yang paling dicintai Allah SWT?. Rosulullah menjawab, “Sholat pada waktunya”. Aku bertanya, Lalu?. Rasulullah menjawab, “ berbakti pada kedua orang tua” Aku Bertanya, Lalu?. Rasulullah Menjawab, “ Jihad di jalan Allah” ( Muttafaq ‘alaih)[3]
Demikian Allah dan Rasul-Nya menempatkan orang tua pada posisi yang amat istimewa sehingga berbuat baik pada orang tua menempati posisi yang mulia.[4] Ada riwayat lain yang menyebutkan bahwa sabda nabi :
عَنْ اَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَلَ رَسُوْلُ اللهُ صَلَّ الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اَلْجَنَّةُ تَحْتَ اَقْدَامِ الْاُمَّهَاتِ. ( رواه الخطيب )
Artinya: Dari Anas RA berkata, Nabi SAW bersabda: Surga itu di bawah telapak kaki ibu. (HR.Khotib)[5]




















BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan
Orang Tua kita adalah orang yang paling berjasa dalam kehidupan kita, beliau telah mengasuh kita dari semasa kita masih dalam alam kandungan sampai dewasa ini. Orang tualah yang sejak kecil, terutama ibu yang telah mengandung dan melahirkan kita, memelihara, dan mendidik kita. Berbakti kepada orang tua adalah perintah Allah oleh karena itu berbakti kepada orang tua berarti berbakti kepada Allah, dan durhaka kepada orang tua berarti durhaka kepada Allah SWT.
Kedudukan menghormati orang tua :
1.      Perintah Ihsan kepada Ibu Bapak diletakkan oleh Allah SWT di dalam Al-Qur’an langsung sesudah beribadah hanya kepada-Nya semata-mata atau sesudah larangan mempersukutukan Allah
2.      Allah SWT mewasiatkan untuk berbuat baik kepada Ibu bapak
3.      Rasulullah SAW meletakkan menghormati orang tua sebagai amalan terbaik nomor dua setelah sholat.
Demikian Allah dan Rasul-Nya menempatkan orang tua pada posisi yang amat istimewa sehingga berbuat baik pada orang tua menempati posisi yang mulia.





DAFTAR PUSTAKA

Al-Khin. Mustofa dkk, syarah dan terjemah riyadhus sholihin jilid 1, Al-I’thisom Jakarta 2005
Sarpani, Mpd dkk, Al-qur’an Hadist  madin 2, Friska Agung Insani Jakarta 2005
Ilyas, Yunahar, Kuliah Akhlaq, LPPI yogyakarta, 2012











[1] Sarpani Dkk, Al-Qur’an dan Hadit, Friska Agung Insani, Jakarta, 2005 hlm.24
[2] Mustofa Said Al-Khin dkk, Syarah & Terjemah Riyadhus Sholihin Imam Nawawi, hlm: 378.
[3] Mustofa Said Al-Khin dkk, op.cit
[4] Yunahar Ilyas, kuliah Akhlak, yogyakarta, LPPI, 2012,hlm.148-150
[5] Sarpani dkk, Al-Qur-an dan Hadits, op.cit