Thursday, 9 October 2014

Para perowi dan Karyanya

MAKALAH
Para Perawi dan Karya-Karyanya
STITY EditUntuk Memenuhi Nilai Tugas Kelompok Mata Kuliah Ulumul Hadist
Hudan Mudaris,M.S.I







          :



Oleh:

Gatot Wahyudi
Habibur Rohman
Hakimuddin
Ida Rahmawati
Ifta Fauziah Hamid
Iis Styorini
Imam Rifai Kusyairi




SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
YOGYAKARTA
2011/2012

KATA PENGANTAR
          Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT karena petunjuk dan hidayah-Nya maka penulis mampu menyusun makalah ini. Dalam makalah yang berjudul “Para Perawi dan Karya-Karyanya”, memberikan keterangan mengenai bagaimana kajian perawi Al-Kutub Al-Sittah dan Al-Muwaththa’, Al-Musnad Imam Ahmad dan Sunan Al-Darimy.
            Makalah ini merupakan tugas yang merupakan syarat mendapatkan nilai pada kuliah Ulumul Hadist, STAIYo oleh dosen pengampuHUdan Mudaris,M.S.I Tentunya dalam penyusunan makalah ini membutuhkan bantuan dari berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Hanya ucapan terimakasih yang mampu penulis sampaikan.
Diharapkan makalah ini mampu memberikan mamfaat untuk pihak yang membutuhkan keterangan tentang informasi terkait. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga Allah SWT selalu meridhai kita dalam jalan mencari mukzizat-Nya. Amin.

Wonosari,  Mei 2012


Penulis







DAFTAR ISI
Halaman Judul                                                                                    i
Kata Pengantar                                                                                   ii
Daftar Isi                                                                                             iii
BAB I Pendahuluan                                                                           1
A.    Latar Belakang                                                                              1
B.     Rumusan Masalah                                                                         1
C.     Tujuan                                                                                           2
BAB II Pembahasan                                                                           3
A.    Perawi Kutub As Sittah                                                                3
1.      Imam Bukhari                                                                         3
2.      Imam Muslim                                                                          5
3.      Imam Abu Daud                                                                     8
4.      Imam At Tirmidzi                                                                   9
5.      Imam An Nasa’I                                                                     10
6.      Imam Ibnu Majah                                                                   11
B.     Perawi Al Muwaththa’                                                                 11
C.     Musnad Imam Ahmad                                                                  13
D.    Sunan ad Darimy                                                                          14
BAB III Penutup                                                                                16
A.    Kesimpulan                                                                                   16
B.     Saran                                                                                             16
Daftar Pustaka                                                                                    v


BAB I
PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang
Sumber hukum Islam yang kita semua mengetahuinya terdiri dari dua sumber. Sumber tersebutr ialah Al-Qur’an dan Al-Hadist. Al-Quran menyajikan informasi yang mengglobal dalam kehidupan umat Manusia, karena hal inilah maka hadist berfungsi untuk merincikan atau mendiskripsikan isi kandungannya. Seperti yang kita ketahui bahwasanya Hadist di riwayatkan oleh seorang perawi yang telah memenuhi syarat atas hadist riwayatnya.
Ada yang mendapat julukan Kutub As Sittah, julukan tersebut diberikan kepada: Imam abi abdullah muhammad ibn ismail al ja’fi al buhkari (wafat: th. 256 H), Imam abi husain muslim ibn al hajjaj an naisaburi (wafat: th. 261 H), Imam abi daud sulaiman ibn asy’at as sajastani (wafat: th. 275 H), Imam ibn i’sa muhammad ibn i’sa ibn surah at tirmidzi (wafat: th. 279), Imam ibn abdurrahman ahmad ibn syu’aib an nasa’i (wafat: th. 303 H), Imam abi abdullah muhammad ibn yajid ar rab’i al qajawaini. Mereka menulis hadis yang termasyur dikalangan umat Islam. Jumlah hadistnya mencapai puluh ribuan bahkan ratusan ribu.
Dalam makalah ini penulis menyajikan keterangan mengenai para perawi Hadist yang tergolong ke dalam Kutub as Sittah dan juga Al Muwaththa’. Siapakah mereka sebenarnya dan bagaimana riwayat hidup mereka. Hal itu yang akan penulis informasikan dalam makalah singkat ini.
  1. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini penulis menitikberatkan pada masalah:
1.      Siapakah perawi yang termasuk ke dalam Kutub As Sittah dan Al Muwaththa’ tersebut?
2.      Apa sajakah karya-karya mereka?
3.      Bagaimana riwayat hidup mereka?




  1. Tujuan
Dalam penyusunan makalah ini penulis berharap:
1.      Meningkatkan keimanan terhadap Allah SWT dan Rosulullah SAW.
2.      Menambah informasi kepada pihak yang membutuhkan tentang keterangan terkait.
3.      Meningkatkan pemahaman tentang Hadist secara mendalam.
4.      Melengkapi nilai tugas mata kuliah Ulumul Hadist.
























BAB II
PEMBAHASAN
A. Perawi Kutub As-Sittah
Perawi yang termasuk di dalam Kutub As-Sittah adalah:
Abu Abdillah Muhammad Bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah bin Bardizbah, Muslim bin Hajjaj bin Muslim bin Wardi bin Kawisyadz al-Qusyairi an-Naisaburi, Sulaiman bin al-Asy’ats bin Syidad bin Amr bin Amir, Muhammad bin Isa bin Saurah bin Musa bin adh-Dhahak as-Sulami at-Tirmidzi al-Imam al-Alim al-Bari, Abu Abd ar-Rahman Ahmad bin Sya’aib bin Bahr, Abu Abdillah bin Yazid ibnu Majah, para perawi tersebut akan penulis uraikan satu-persatu sebagaimana dari sumber yang telah kami dapatkan.
           
    1. Imam Bukhari
a. Sejarah Imam Bukhari
Para ulama sepakat bahwa Shahih Bukhari adalah kitab yang paling shahih sesudah Al-Quran. Pendapat yang masyhur ini, berkembang dalam masyarakat. Penulis kitab hadist shahih ini adalah Imam Bukhari. Nama lengkap ulama ini adalah Abu Abdillah Muhammad Bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah bin Bardizbah. Ulama ini lahir di Bukhara, suatu kota di Uzbekistan, wilayah Uni Sovyet yang merupakan simpang jalan antara Rusia, Persi, Hindia dan Tiongkok. Karena itu, dia disebut dengan nama Bukhari (putra daerah Bukhara). Beliau dilahirkan selesai shalat Jumat, pada tanggal 13 Syawal 194 H (810M)
Al-Khatib al-Baghdadi menceritakan bahwa Bardizbah adalah seorang yang beragama Majusi dan meninggal dalam keadaan Majusi. Sedangkan anak Bardizbah yaitu Mughirah telah masuk Islam di masa al-Yaman al-Bukhari, seorang walikota daerah Bukhara.
Sementara itu mengenai Imam Bukhari, al-Hafizh berkata ”ketika Ismail bin Ibrahim meninggal, Muhammad bin Ismail (Imam Bukhari) masih kecil. Oleh karena itu, Muhammad bin Ismail tumbuh dalam asuhan ibunya. Ibu Muhammad bin Ismail adalah seorang perempuan yang taat beribadah yang dikarunai karamah. Dikisahkan Ghunjar dalam Tarikh Baghdad dan Al-Ilka’i dalam Syarh As-Sunnah, Bab Karamatu Al-Aulya, bahwa sewaktu kecil, kedua mata Muhammad bin Ismail telah buta. Kemudian ibu Muhammad dalam tidurnya melihat Nabi Ibrahim berkata kepadanya ”Wahai kaum perempuan, sungguh Allah telah mengembalikan kedua mata putramu karena kamu sering berdoa kepada-Nya. Dan dipagi harinya, sungguh Allah telah mengembalikan penglihatan mata Imam al-Bukhari.
Bukhari mulai mempelajari Hadis sejak usianya masih muda sekali, bahkan sebelum mencapai usia sepuluh tahun. Meskipun usianya masih sangat muda, dia memiliki kecerdasan dan kemampuan menghafal yang luar biasa. Muhammad ibn Abi Hatim menyatakan bahwa dia pernah mendengar Bukhari menceritakan bahwa dia mendapatkan ilham untuk mampu menghafal Hadis. Ketika ditanya sejak usia berapa dia memperoleh ilham tersebut, dijawab oleh Bukhari sejak berumur sekitar 10 tahun atau bahkan kurang dari itu.
Menjelang 16 tahun dia telah mampu menghafal sejumlah buku hasil karya ulama terkenal pada masa sebelumnya, seperti Ibn al-Mubarak, Waki’ dan lainnya. Dia tidak hanya menghafal hadis-hadis dan karya para ulama terdahulu saja tetapi juga mempelajari dan menguasai biografi dari seluruh perawi yang terlibat dalam periwayatan setiap hadis yang dihafalnya, mulai dari tanggal dan tempat lahir mereka, juga tanggal dan tempat mereka meninggal dunia dan sebagainya.
Imam Bukhari dikenal sebagai seorang muhadditsin, beliau banyak membaca Alquran baik siang atau malam, serta gemar berbuat kebaikan kepada murid-muridnya. Mengenai perawakannya, disebutkan Imam Bukhari adalah seorang syaikh yang berbadan kurus, tidak tinggi juga tidak pendek. Hal ini diungkapkan al-Khatib al-Baghdadi.

b. Nama Kitab Karyanya.
Kitab inilah induk kitab-kitab hadis yang ternama. Al-Bukhari menamainya dengan (الحامع الصحيح المسند من حديث رسول الله صلعم (al-Jami’ash-Shahih al-Musnad min Haditsi Rasul SAW). Kitab ini terbagi dalam 97 kitab, dan 3.451 bab. Bukhari menyelesaikan Shahihnya dalam waktu 16 tahun. Setiap beliau hendak menulis hadis, beliau mandi dan beristikharah.
Ibnu Shalah menetapkan bahwa jumlah hadis al-Bukhari ada 7.275 buah hadis dengan berulang-ulang. Kalau tidak berulang-ulang ada 4.000 buah hadis. Hitungan Ibnu Shalah ini diikuti oleh an-Nawawy. Al-Hafizh berkata, ”Mereka menetapkan demikian karena bertaqlid terhadap al-Hamawy. Sesudah saya hitung baik-baik dengan cermat bahwa jumlah hadis al-Bukhari berserta dengan yang berulang-ulang, selain hadis mu’allaq dan muttabi’i ada 7.397 buah hadis dan yang tidak berulang-ulang ada 2.602 buah. Jumlah yang mu’allaq ada 1.341 buah, jumlah yang mutabi’ ada 344 buah. Jumlah seluruhnya ada 9.082 hadis”
c. Kitab Syarahnya
Sesungguhnya, tidak ada sebuah kitabpun yang mendapat perhatian besar sebesar perhatian yang diperoleh oleh Shahih al-Bukhari. Lantaran itu didapatilah syarahnya sebanyak 82 buah. Syarah-syarah itu ada yang panjang dan ada yang ringkas, ada yang sedang, Diantaranya ialah A’lam as-Sunnan susunan al-Khaththaby (388H), al-Kawakib ad-Darari susunan Muhammad ibn Yusuf al-Kirmany (775H). Syarah yang banyak tersebar dalam masyarakat adalah Irsyad as-Sari, karya Ahmad ibn Muhammad al-Mishry alQashtalany (851 – 923H).
Di antara kitab syarah yang ada, hanya empat buah saja yang terpandang tinggi dari segala segi, yaitu : 1) At-Tanqih, karya Badruddin az-Zarkasyi, 2) At-Taswsyih, karya Jalaluddin as-Sayuthy, 3) Umdat al Qari, karya Badruddin al-Ainy, 4) Fath al-Bari, karya Syihabuddin (ibnu Hajar) al-Asqalany.
    1. Imam Muslim
a.       Sejarah Imam Muslim
Nama lengkapnya ialah Muslim bin Hajjaj bin Muslim bin Wardi bin Kawisyadz al-Qusyairi an-Naisaburi. Nama panggilan adalah Abul Husain. Beliau dinisbatkan kepada Naisaburi karena Muslim adalah putra kelahiran Nisabur, pada tahun 204H (820M) yakni kota kecil di Iran bagian Timur Laut. Muslim juga dinisbatkan kepada nenek moyangnya Qusyair bin Ka’ab bin Rabi’ah bin Shasha’ah suatu keluarga bangsawan besar.
Imam adz Dzhabi berkata; Imam Muslim meninggal pada bulan Rajab tahun 261 Hijriyah di Naisabur. Ketika dia meninggal usianya mencapai lebih dari 50 tahun. Kisah Imam Muslim meninggal telah disebutkan al-Khatib al Baghdadi dalam kitab Tarikh Badhdad. Al-Khatib berkata, Ahmad bin Salamah berkata, ”sewaktu Imam Muslim sedang mengajar, ada seseorang menanyakan sebuah hadis yang Imam Muslim tidak mengetahuinya. Imam Muslim lalu keluar dari ruangan tempatnya mengajar menuju rumah. Setelah menyalakan lampu, dia berpesan kepada keluarga bahwa malam itu dia boleh diganggu.
Salah seorang keluarga Imam Muslim berkata, pada waktu yang bersamaan mereka menerima hadiah kurma. Lalu mereka menyuguhkan kurma tersebut kepada Imam Muslim. Di saat dia mencari hadis, tangannya mengambil biji kurma satu demi satu dan memakannya sampai kenyang. Ketika kurma itu habis, dia baru menemukan hadis yang dimaksud. Bermula dari memakan kurma itulah, Imam Muslim menderita sakit perut dan akhirnya meninggal.

b. Nama Kitab Karyanya
Dalam bidang hadis, Imam Muslim banyak sekali menyumbangkan karya-karya kepada umat Islam. Salah satunya, adalah الحامع الصحيح (Jami’ush Shahih). Kitab ini berisikan sebanyak 7.273 buah hadis, termasuk dengan yang terulang. Kalau dikurangi dengan hadis yang terulang tinggal 4000 hadis saja. Shahih Muslim adalah kitab yang kedua dari kitab-kitab hadis yang menjadi pegangan (pedoman) sesudah Shahih Bukhari. Shahih muslim lebih baik susunan dari Shahih al-Bukhary. Karena itu mudah mencari hadis di dalamnya, daripada di dalam Shahih al-Bukhary.
Para ulama menyebut kitab shahih ini sebagai kita yang belum pernah didapati sebelum dan sesudahnya dalam segi tertib susunannya, sistematis isinya, tidak bertukar-tukar dan tidak berlebih dan tidak berkurang sanad-sanadnya. Al-Hafis Abu Ali an-Nisabury berkata ”di bawah kolong langit tidak terdapat seshahih kitab hadis selain kitab Shahih Muslim ini”.
Imam an-Nawawi mengatakan, dalam kitab Shahih Muslim hadis-hadis dan jalur periwayatannya disajikan kepada pembaca dengan susunan dan pemaparan yang tertib dan indah. Keindahan itu dapat ditemui dari tahqiq Imam Muslim yang matang terhadap jalur periwayatan hadis, sehingga substansi kitab sangat dalam dan penuh dengan aneka macam bentuk kewara’an dan kehati-hatian.
Pola penyajian hadis dengan ramping dan ringkas dilakukan setelah dia mengoreksi jalur periwayatan dengan menyeleksi dan membatasi makna hadis agar tidak terlalu melebar. Hal itu hanya bisa ditempuh oleh orang-orang yang pandai mengetahui dan memiliki banyak riwayat hadis.
Al-Hafizh berkata, dalam kitab al-Jami’ karya Imam Muslim bin Hajaj terdapat kandungan dan manfaat yang besar yang belum dapat dihasilkan oleh orang lain. Oleh karena itu, ada sebagian ulama lebih mengunggulkannya atas Kitab ash-Shahih karya Imam al-Bukhari karena beberapa pertimbangan.
Di antaranya, karena faktor terkumpulnya semua jalur periwayatan hadis dan pola penyampain yang mudah dipahami pembaca. Di samping itu, Imam Muslim selalu berusaha menyampaikan matan hadis sebagai dia terima dari syaikhnya tanpa memutuskan riwayat dan tidak pula berusaha meriwayatkan hadis dengan maknanya.

c. Kitab Syarahnya
Kitab-kitab syarah Shahih Imam Muslim ada 15 buah. Yang amat terkenal diantaranya Al-Mu’lim bi Fawa’idi, karya Al-Mazary (536 H), Al-Ikmal karya al-Qhadhi Iyadh (544 H), Minhaj al-Muhadditsin karya an-Nawawy (676H), Ikmal al Ikmal, karya az-Zawawy (744H), Ikmal al-Ikmali Mu’lim karya Abu Abdillah al-Abiyy al Maliky (927 H). Syarh al-Qadhy Iyadh menyempurnakan Syarh al-Mazary, Syarh an-Nawawy mengumpulkan Syarh al-Mazary, Syarh al-Qadhyu Iyadh dan Syarh Mufhim al-Qurthuby (Syarh Mukhtasar Muslim yang disusun oleh al-Qurthuby). Syarh Abu Abdillah al-Abiyy al-Maliky, terkandung di dalamnya Syarh al-Mazary, al-Qadhi Iyadh, al-Qurthuby dan an-Nawawy selain daripada tambahan dan tanbih .


    1. Imam Abu Daud
a.       Sejarah Imam Abu Daud
Menurut Ibnu Hatim nama lengkap Abu Daud adalah Sulaiman bin al-Asy’ats bin Syidad bin Amr bin Amir. Sedang menurut al-Khatib al-Baghdadi, nama Abu Daud adalah Sulaiman bin al-Asy’ats bin Syidad bin Amr bin Imran. Dikatakan bahwa kakek kedua Imam Abu Daud yang bernama Imran adalah salah seorang yang berjuang bersama Ali bin Abi Thalib dalam Perang Shiffin.
Menurut adz-Dzahabi, Abu Daud lahir pada tahun 202 Hijriyah. Ia sering melakukan rihlah, mengumpulkan hadis menelurkan karya dalam bidang hadis. Abu Ubaid al-Ajari berkata, ”aku telah mendengar Abu Daud berkata: ”Aku dilahirkan pada tahun 202 Hijriyah dan aku turut menyalati Affan yang meninggal pada tahun 220 Hijriyah. Ketika aku masuk Mesir, mereka berkata, ”Kemarin, Ustman bin al-Haitsam al-Muadzin meninggal. Aku pernah satu kali mengikuti pengajian Abu Umar bin adh-Dharir. Abu Ubaid al-Ajari berkata, Abu Daud meninggal pada tanggal 16 Syawal tahun 275 Hijriyah.
b. Nama Kitab Karyanya
Diantara karyanya yang terbesar dan sangat berfaedah bagi para Mujtahid ialah kitab Sunan yang kemudian terkenal dengan nama Sunan Abu Daud. Abu Daud sendiri mengatakan, ”Aku telah menulis hadis Rasul sebanyak 500.000 hadis, kemudian aku pilih sejumah 4.800 lalu masukkan dalam kitab ini”.
Kemudian dikatakannya; ”Saya tidak meletakkan sebuah hadis yang telah disepakati oleh orang banyak untuk ditinggalkannya. Saya jelaskan dalam kitab tersebut nilainya dengan shahih, semi shahih (yusybihuhu), mendekati shahih (yuqaribuhu) dan jika dalam kitab saya tersebut terdapat hadis yang wahnun syahidun (sangat lemah) “.
c. Kitab-Kitab Syarahnya
Kitab syarah diantaranya Ma’alim as-Sunan karya al-Khataby dan Aun al-Ma’bud karya seorang ahli hadis yang terkenal di India, Abu ath-Thaib Syams al-Haqq Azhim Abady. Sebaik-baik kitab mukhtasarnya ialah Mujtaba’susunan al-Mundziry yang telah disyarahkan as-Sayuthy. Al-Mujtaba itu telah disaring oleh Ibnu Qayyim al-Jauziyah. Hasil saringan itu dinamai Tahdzib as-Sunan.
    1. Imam Al-Tirnidzi
a.       Sejarah Imam Al-Tirmidzi
Nama lengkapnya Muhammad bin Isa bin Saurah bin Musa bin adh-Dhahak as-Sulami at-Tirmidzi al-Imam al-Alim al-Bari. Dia dilahirkan pada tahun 200 H (824M) di sebuah kota kecil Turmudz yang terletak di pinggir Utara Sungai Amuderia, sebelah Utara Iran. Imam Bukhari dan Imam at-Tirmidzi, keduanya sedaerah, sebab Bukhara dan Turmudz itu adalah satu daerah dari daerah Waraun Nahar.
Al-Mizzi berkata, ”Al-Hafizh Abul Abbas Ja’far bin Muhammad bin Mu’taz al-Mustaghfiri berkata ’Abu Isa at-Tirmidzi al-Hafizh meninggal di daerah Turmudz pada malam Senin, 13 Rajab 279 Hijriyah.
b. Nama Kitabnya Karyanya
Para ulama menyebutkan nama kitab Imam at-Tirmidzi ini, antara lain adalah:
1.) Shahih at-Tirmidzi. Orang yang sering menyebutnya demikian adalah al-Khatib al-Baghdadi sebagaimana disebutkan Jalaluddin as-Suyuthi.
2.) al-Jami’ ash-Shahih. Orang yang sering menyebutnya demikian adalah al-Hakim.
3.) al-Jami’ al-Kabir. Penyebutkan dengan nama ini jarang digunakan dan orang yang menyebutnya demikian adalah al-Kattani dalam Kitab ar-Risalah al-Muthrafah.
4). as-Sunan. Nama ini adalah nama yang masyhur digunakan dengan menisbatkan nama tersebut kepada penyusunnya, as-Sunan at-Tirmidzi, guna membedakan dengan Kitab as-Sunan lainnya.
5.) Al-Jami”. Nama ini adalah nama yang paling sering digunakan dan paling masyhur. Ketika dinisbatkan kepada penyusunnya, yaitu Jami’ at-Tirmidzi.
Syeikh Mana al-Qathan dalam مباحث فى علوم الحديث (Mabahits fi Ulum al-Hadits) mengelompokkan karya at-Tirmizi ini dalam kelompok shahih dengan sebutan al-Jami’ ash-Shahih.



c. Kitab-Kitab Syarahnya
Sebagian syarahnya ialah Syarh as-Sayuthi dan Syarh an Sindy. Syarahnya yang paling besar ialah Aridhah al-Ahwadzy karya Ibnu Arabi al-Maliki dan sebagian dari Mukhtasarnya ialah Mukhtasar al-Jami’ karya Najmuddin ibn Aqil.
    1. Imam An-Nasai’
a.       Sejarah Imam An-Nasa’i
Imam Nasa’i nama lengkapnya ialah Abu Abd ar-Rahman Ahmad bin Sya’aib bin Bahr. Nama Imam Nasa’iy dinisbatkan kepada kota tempatnya dilahirkan. Imam Nasa’i dilahirkan pada tahun 215 H, di kota Nasa yang masih termasuk wilayah Khurasan. Imam Nasa’i wafat pada hari Senin, tanggal 13 bulan Shafar, tahun 303H (915M), di ar-Ramlah. Menurut suatu pendapat, dia meninggal di Mekah dan dikebumikan di suatu tempat antara Shafa dan Marwah.
b.      Nama Kitab Karyanya
Sunan yang ditulis An-Nasa’iy bernama al-Mujtaba’ min as-Sunan (sunan-sunan pilihan). Sunan ini dinamai al-Mujtaba’ karena pada mula-mulanya an-Nasa’iy menyusun sunan-nya yang besar lalu memberikannya kepada seorang amir di ar-Ramlah. Amir itu bertanya ”Apakah isi sunan ini shahih seluruhnya?” an-Nasa’iy menjawab, ”isinya ada yang shahih, ada yang hasan dan ada yang hampir serupa dengan keduanya.” Kemudian sang amir memerintahkan Imam Nasa’iy memisahkan yang shahih saja. Sesudah itu Imam an-Nasa’iy menyaring sunannya dan menyalin yang shahih saja dalam sebuah kitab yang lain dengan menamainya al-Mujtaba’. Kedudukannya di bawah derajat shahih Muslim, karena terdapat sedikit hadis yang dha’if di dalamnya.
c.       Kitab sarahnya
 Apabila dikatakan hadis riwayat an-Nasa’I, maka yang dimaksudkan ialah riwayat yang dalam al-Mujtaba’ itu. Diantara ulama yang mensyarahkan kitab itu ialah as-Sayuthy dan as-Sindy.




6. Ibnu Majah
a. Sejarah Ibnu Majah
Ibnu Majah adalah nama nenek moyang yang berasal dari kota Qazwin, salah satu kota di Iran. Nama lengkap imam hadis yang terkenal dengan sebutan neneknya ini, ialah Abu Abdillah bin Yazid ibnu Majah. Beliau dilahirkan di Qazwin pada tahun 207 H (824M). Sebagaimana halnya muhadditsin dalam mencari hadis memerlukan perantauan ilmiah, maka Ibnu Majah berkeliling di beberapa negeri untuk menemui dan berguru hadis kepada ulama hadis. Dari tempat perantauannya itu, beliau bertemu dengan murid-murid Imam Malik dan al-Laits, dan dari sinilah Ibnu Majah banyak memperoleh hadis.
b. Nama Kitab Karyanya
Ibnu Majah menyusun kitab Sunan yang kemudian terkenal dengan nama Sunan Ibnu Majah. Yang mula-mula menjadikan susunan kitab ini menjadi kitab induk hadis yang keenam adalah Ibnu Thahir al-Maqdisy, kemudian diikuti oleh al-Hafis Abd al-Ghany al-Maqdisy dalam kitab al-Ikmal. Mereka mendahulukan sunan ini atas al-Muwaththa’, karena banyak zawaidnya atas kitab lain.
c. Kitab-Kitab Syarahnya
Sebagian dari syarah Sunan Ibnu Majah adalah Mishbah az-Zujajah, karya as-Sayuthy dan Syarh as-Sindy.


B. Perawi Al-Muwaththa’
1. Sejarah Imam Malik
Imam malik bernama lengkap Abu Abdullah Malik bin Anas bin Malik bin Abi Amir bin Amr bin Haris bin Gaiman bin Kutail bin Amr bin Haris Al Asbahi, lahir di Madinah pada tahun 712-796 M. Berasal dari keluarga Arab yang terhormat dan berstatus sosial yang tinggi, baik sebelum datangnya islam maupun sesudahnya, tanah asal leluhurnya adalah Yaman, namun setelah nenek moyangnya menganut islam mereka pindah ke Madinah, kakeknya Abu Amir adalah anggota keluarga pertama yang memeluk agama islam pada tahun ke dua Hijriah.
Kakek dan ayahnya termasuk ulama hadis terpandang di Madinah, oleh sebab itu, sejak kecil Imam Malik tidak berniat meninggalkan Madinah untuk mencari ilmu, karena beliau merasa Madinah adalah kota sumber ilmu yang berlimpah dengan ulama ulama besarnya. Imam Malik menekuni pelajaran hadis kepada ayah dan paman pamannya juga pernah berguru pada ulama ulama terkenal seperti Nafi’ bin Abi Nuaim, Ibnu Syihab Al Zuhri, Abu Zinad, Hasyim bin Urwa, Yahya bin Said Al Anshari, Muhammad bin Munkadir, Abdurrahman bin Hurmuz dan Imam Ja’far AsShadiq.
Kecintaannya kepada ilmu menjadikan hampir seluruh hidupnya diabdikan dalam dunia pendidikan, tidak kurang empat Khalifah, mulai dari Al Mansur, Al Mahdi, Harun Arrasyid dan Al Makmun pernah jadi muridnya, bahkan ulama ulama besar Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi’i pun pernah menimba ilmu darinya, menurut sebuah riwayat disebutkan bahwa,murid Imam Malik yang terkenal mencapai 1.300 orang. Ciri pengajaran Imam malik adalah disiplin, ketentraman dan rasa hormat murid terhadap gurunya.
2. Karya Imam Malik
Karya Imam malik terbesar adalah bukunya Al Muwatha’ yaitu kitab fiqh yang berdasarkan himpunan hadis hadis pilihan, menurut beberapa riwayat mengatakan bahwa buku Al Muwatha’ tersebut tidak akan ada bila Imam Malik tidak dipaksa oleh Khalifah Al Mansur sebagai sangsi atas penolakannya untuk datang ke Baghdad, dan sangsinya yaitu mengumpulkan hadis-hadis dan membukukannya. Awalnya imam Malik enggan untuk melakukannya, namun setelah dipikir pikir tak ada salahnya melakukan hal tersebut Akhirnya lahirlah Al Muwatha’ yang ditulis pada masa khalifah Al Mansur (754-775 M) dan selesai di masa khalifah Al Mahdi (775-785 M), semula kitab ini memuat 10 ribu hadis namun setelah diteliti ulang, Imam Malik hanya memasukkan 1.720 hadis. Selain kitab tersebut, beliau juga mengarang buku Al Mudawwanah Al Kubra.

Imam malik tidak hanya meninggalkan warisan buku, tapi juga mewariskan Mazhab fiqhinya di kalangan sunni yang disebut sebagai mazhab Maliki, Mazhab ini sangat mengutamakan aspek kemaslahatan di dalam menetapkan hukum, sumber hukum yang menjadi pedoman dalam mazhab Maliki ini adalah Al Quran, Sunnah Rasulullah, Amalan para sahabat, Tradisi masyarakat Madinah, Qiyas dan Al Maslaha Al Mursal ( kemaslahatan yang tidak didukung atau dilarang oleh dalil tertentu.
  1. Musnad Imam Ahmad
1.      Sejarah Imam Ahmad
Ahmad bin Hambal adalah Imam Abu ‘Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hambal As-Syaibani Al Marwazi Al Baghdadi. Beliau dilahirkan pada tahun 164 di Marwu. Kemudian beliau dibawa ke Baghdad ketika masih menyusui. Ada yang mengatakan bahwa beliau dilahirkan di Baghdad. Beliau tumbuh sebagai anak yatim. Beliau berkeliling ke berbagai negeri dan daerah dalam rangka mencari hadits. Beliau mendengar hadits dari para syaikh pada zamannya di daerah Hijaz, ‘Iraq, Syam, dan Yaman. Beliau sangat perhatian terhadap Sunnah dan fiqih hingga para ahli hadits menganggapnya sebagai imam dan ahli fiqih mereka. Beliau meninggal pada tahun 241 H di Baghdad dalam usia 77 tahun.

2.      Musnad Imam Ahmad
Para ahli hadits dahulu maupun sekarang telah memberi persaksian bahwa Musnad Imam Ahmad merupakan kitab hadits yang lengkap karena setiap muslim membutuhkannya dalam urusan agama dan dunianya. Ibnu Katsir berkata, “Tidak ada satu kitab Musnad pun yang menandingi Musnad Ahmad dalam hal jumlah hadits dan keindahan susunan.”
Hambal berkata, “Ayah mengumpulkan kami, saya, Shalih dan ‘Abdullah, lalu dia membacakan Musnad-nya kepada kami dan tidak ada selain kami yang mendengarnya. Beliau berkata, ‘Kitab ini aku sarikan dari 57 ribu hadits lebih. Jika kaum muslimin berselisih mengenai suatu hadits dari rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka merujuklah ke dalamnya. Jika kalian mendapati hadits tersebut di dalamnya, berarti dapat dijadikan hujjah, tetapi jika kalian tidak mendapatinya, berarti hadits tersebut tidak dapat dijadikan hujjah.”
Meskipun begitu, Adz Dzahabi berkata, “Perkataan beliau ini hanya pada kebanyakan perkara karena kita memiliki hadits-hadits yang juga berderajat kuat dan terdapat dalam Ash Shahihain, kitab-kitab Sunan, dan kitab-kitab Al Ajza-u Al Haditsiyah yang tidak terdapat dalam Musnad beliau.“.
Kitab musnad ini diberi tambahan oleh anaknya( Abdullah), beberapa hadits yang dia riwayatkan dari ayahnya dan dikenal dengan nama Zawa`id Al ‘Abdillah. Kitab ini juga diberi tambahan hadits-hadits oleh Abu Bakar Al Qathi’i yang dia riwayatkan dari ‘Abdullah dari ayahnya selain dari ‘Abdullah dan ayahnya. Hadits dalam Musnad ini mencapai 40 ribu buah termasuk yang diulang, dan 30 ribu jika tanpa pengulangan.

  1. Sunan Ad-Darimy
1.      Sejarah Imam Ad-Darimy
Beliau adalah Al-Hafizh al-Imam Abdullah bin Abdul Rahman bin Fadhl bin Bahram bin Abdillah abu Muhmad ad-Darimi as-Samarqandi[1] ad-Darimi adalah nama lengkapnya Darim bin Malik bin Handalah bin Zaid bin Munah bin Tamim[2]. Ia di lahirkan pada taun 181 H (ada juga yang berpendapat 182) atau bertepatan dengan tahun 797 M.[4]
Beliau meninggal dunia pada hari Kamis, 8 Dzulhidjah (hari tasriah) setelah ashar tahun 225 H /69 M, dalam usia 75 tahun. Dan dikuburkan keesokan harinya, Jumat (hari Arafah)[3].
2.      Guru-Guru Imam Ad-Darimy
Imam Ad-Dzarimt mendapatkan ilmunya dari Yazid bin Tharus, Nadzar bin Syumail (paling awal meninggal diantara guru-gurunya), Imam Muslim dan yang lainnya[4]. Dan setelah mendapatkan ilmu dan memulai menapaki masa-masa kematangan intelektualnya, beliaupun mulai mengajar dan berkarya.



3.      Karyanya
Dalam perjalanan hidup beliau menghasilkan karya sebagai berikut:
Sunan ad-Darimi (ada juga yang menyebutnya al-Jam’u ash-Shahiih),Tsulutsiyat (kitab hadits).
4.      Isi Sunan ad-Darimi
- kitab ini di mulai dengan muqaddimah yang berisi bab-bab pengantar seperti:
- kondisi manusia sebelum islam
- tentang sifat, mu’jizat Nabi
- tentang fatwa
- tentang ilmu dan orang berilmu
- kemudian di sambung dengan kitab Taharah, kitab Shalat dan di akhiri dengan kitab Fadhail al-Qur’an. Jumlah kitab dalam Sunan Darimi seluruhnya berjumlah 23 kitab.












BAB II
PENUTUP
  1. Kesimpulan
Sebagaimana yang telah kita ketahui Al-Hadis adalah sumber hukum Islam yang kedua. Ia berperan menjelaskan keterangan dalam Al-Quran yang masih bersifat Universal. Dalam penulisannya Al-Hadis diriwayatkan oleh perawi-perawi yang telah memenuhi syarat untuk menulis hadis. Dalam perkembangannya kitab hadis membawa perawinya termasuk ke dalam golongan Kutub As-Sittah yang terdiri dari enam perawi yaitu: Imam Al Bukhari, Imam Muslim, Imam At-Tirmidzi, Imam Abu Daud, Imam An-Nasai’ dan Imam Ibnu Majah. Sebuah penghargaa untuk para perawi yang telah mengestafetkan ajaran Rasulullah SAW. Tidak sampai disitu saja ada pula perawi yang menulis buku Al-Muwaththa’ yaitu Imam Malik yang sekaligus termasuk dalam gologan empat Imam Madzab yang terkenal dengan sebutan Madzab Maliki.
Kemudian juga ada Musnad yang merupakan karya Imam Ahamd yang menambah penegasan tentang ajaran Islam yang mengatur secara menyeluruh kehidupan umat Islam. Terdapat juga Sunan Ad-Darimy yang menjadi sumber tambahan yang mampu menguatkan semua peraturan dan contoh teladan atas semua sunah Nabi Muhammad saw.
  1. Saran
Dalam makalah ini tentunya mempunyai kelebihan dan kelemahan. Jika memang terdapat kelebihan dari makalah ini, itu semata-mata dating dari Alloh SWT. Namun bila terdapat kekeliruan maka kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna terciptanya makalah yang lebih baik lagi. Semoga makalah ini memberikan menfaat untuk terciptanya kehidupan secara Islamiyah. Amin!





DAFTAR PUSTAKA
Farid, Ahmad, Min A’lam As-Salaf , terjemah 60 Biografi Ulama Salaf, Jakarta: Al-Kautsar,2006.
Rahman, Fatchur Drs, Ikhtisar Mushthahul Hadits, Bandung: PT Alma’arif, 1974
ash-Shiddieqy, TM Hasby, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, Jakarta: Pustaka Rizki Putra, 2009.
al-Qathan, Manna , Mabahits fi Ulum al-Hadits, Maktabah Wahbah, 2001
Yuslem, Nawer Prof. Dr , Ulumul Hadis, Jakarta:PT Mutiara Sumber Widya, 2010




[1] Syamsuddin adz-Dzahabi, Syar ‘Alam Nubala. Dar Fikr. Vol. X. Hal. 173. lihat juga, al-A’lam. Vol. IV. Hal 95. juga Mu’jam-ul ‘Muallifîn. Vol.VI. Hal.71. Sebagaimana dituturkannya sendiri (saya di lahirkan pada tahun wafatnya Ibnu Mubarak 181 H.
[2] ibid
[3] Ibid. Hal 175. lihat juga, Imam al-Hambali, Syarat-udz Dzahabi Fî Akbarinan Ad Dazahabi. Dar al-fikr Al-Arabiyah. Vol. II. Hal. 130

[4] Syamsudin adz-Dzahabi. ibidMAKALAH
Para Perawi dan Karya-Karyanya
STITY EditUntuk Memenuhi Nilai Tugas Kelompok Mata Kuliah Ulumul Hadist
Hudan Mudaris,M.S.I






          :



Oleh:

Gatot Wahyudi
Habibur Rohman
Hakimuddin
Ida Rahmawati
Ifta Fauziah Hamid
Iis Styorini
Imam Rifai Kusyairi




SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
YOGYAKARTA
2011/2012

KATA PENGANTAR
          Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT karena petunjuk dan hidayah-Nya maka penulis mampu menyusun makalah ini. Dalam makalah yang berjudul “Para Perawi dan Karya-Karyanya”, memberikan keterangan mengenai bagaimana kajian perawi Al-Kutub Al-Sittah dan Al-Muwaththa’, Al-Musnad Imam Ahmad dan Sunan Al-Darimy.
            Makalah ini merupakan tugas yang merupakan syarat mendapatkan nilai pada kuliah Ulumul Hadist, STAIYo oleh dosen pengampuHUdan Mudaris,M.S.I Tentunya dalam penyusunan makalah ini membutuhkan bantuan dari berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Hanya ucapan terimakasih yang mampu penulis sampaikan.
Diharapkan makalah ini mampu memberikan mamfaat untuk pihak yang membutuhkan keterangan tentang informasi terkait. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga Allah SWT selalu meridhai kita dalam jalan mencari mukzizat-Nya. Amin.

Wonosari,  Mei 2012


Penulis







DAFTAR ISI
Halaman Judul                                                                                    i
Kata Pengantar                                                                                   ii
Daftar Isi                                                                                             iii
BAB I Pendahuluan                                                                           1
A.    Latar Belakang                                                                              1
B.     Rumusan Masalah                                                                         1
C.     Tujuan                                                                                           2
BAB II Pembahasan                                                                           3
A.    Perawi Kutub As Sittah                                                                3
1.      Imam Bukhari                                                                         3
2.      Imam Muslim                                                                          5
3.      Imam Abu Daud                                                                     8
4.      Imam At Tirmidzi                                                                   9
5.      Imam An Nasa’I                                                                     10
6.      Imam Ibnu Majah                                                                   11
B.     Perawi Al Muwaththa’                                                                 11
C.     Musnad Imam Ahmad                                                                  13
D.    Sunan ad Darimy                                                                          14
BAB III Penutup                                                                                16
A.    Kesimpulan                                                                                   16
B.     Saran                                                                                             16
Daftar Pustaka                                                                                    v


BAB I
PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang
Sumber hukum Islam yang kita semua mengetahuinya terdiri dari dua sumber. Sumber tersebutr ialah Al-Qur’an dan Al-Hadist. Al-Quran menyajikan informasi yang mengglobal dalam kehidupan umat Manusia, karena hal inilah maka hadist berfungsi untuk merincikan atau mendiskripsikan isi kandungannya. Seperti yang kita ketahui bahwasanya Hadist di riwayatkan oleh seorang perawi yang telah memenuhi syarat atas hadist riwayatnya.
Ada yang mendapat julukan Kutub As Sittah, julukan tersebut diberikan kepada: Imam abi abdullah muhammad ibn ismail al ja’fi al buhkari (wafat: th. 256 H), Imam abi husain muslim ibn al hajjaj an naisaburi (wafat: th. 261 H), Imam abi daud sulaiman ibn asy’at as sajastani (wafat: th. 275 H), Imam ibn i’sa muhammad ibn i’sa ibn surah at tirmidzi (wafat: th. 279), Imam ibn abdurrahman ahmad ibn syu’aib an nasa’i (wafat: th. 303 H), Imam abi abdullah muhammad ibn yajid ar rab’i al qajawaini. Mereka menulis hadis yang termasyur dikalangan umat Islam. Jumlah hadistnya mencapai puluh ribuan bahkan ratusan ribu.
Dalam makalah ini penulis menyajikan keterangan mengenai para perawi Hadist yang tergolong ke dalam Kutub as Sittah dan juga Al Muwaththa’. Siapakah mereka sebenarnya dan bagaimana riwayat hidup mereka. Hal itu yang akan penulis informasikan dalam makalah singkat ini.
  1. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini penulis menitikberatkan pada masalah:
1.      Siapakah perawi yang termasuk ke dalam Kutub As Sittah dan Al Muwaththa’ tersebut?
2.      Apa sajakah karya-karya mereka?
3.      Bagaimana riwayat hidup mereka?




  1. Tujuan
Dalam penyusunan makalah ini penulis berharap:
1.      Meningkatkan keimanan terhadap Allah SWT dan Rosulullah SAW.
2.      Menambah informasi kepada pihak yang membutuhkan tentang keterangan terkait.
3.      Meningkatkan pemahaman tentang Hadist secara mendalam.
4.      Melengkapi nilai tugas mata kuliah Ulumul Hadist.
























BAB II
PEMBAHASAN
A. Perawi Kutub As-Sittah
Perawi yang termasuk di dalam Kutub As-Sittah adalah:
Abu Abdillah Muhammad Bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah bin Bardizbah, Muslim bin Hajjaj bin Muslim bin Wardi bin Kawisyadz al-Qusyairi an-Naisaburi, Sulaiman bin al-Asy’ats bin Syidad bin Amr bin Amir, Muhammad bin Isa bin Saurah bin Musa bin adh-Dhahak as-Sulami at-Tirmidzi al-Imam al-Alim al-Bari, Abu Abd ar-Rahman Ahmad bin Sya’aib bin Bahr, Abu Abdillah bin Yazid ibnu Majah, para perawi tersebut akan penulis uraikan satu-persatu sebagaimana dari sumber yang telah kami dapatkan.
           
    1. Imam Bukhari
a. Sejarah Imam Bukhari
Para ulama sepakat bahwa Shahih Bukhari adalah kitab yang paling shahih sesudah Al-Quran. Pendapat yang masyhur ini, berkembang dalam masyarakat. Penulis kitab hadist shahih ini adalah Imam Bukhari. Nama lengkap ulama ini adalah Abu Abdillah Muhammad Bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah bin Bardizbah. Ulama ini lahir di Bukhara, suatu kota di Uzbekistan, wilayah Uni Sovyet yang merupakan simpang jalan antara Rusia, Persi, Hindia dan Tiongkok. Karena itu, dia disebut dengan nama Bukhari (putra daerah Bukhara). Beliau dilahirkan selesai shalat Jumat, pada tanggal 13 Syawal 194 H (810M)
Al-Khatib al-Baghdadi menceritakan bahwa Bardizbah adalah seorang yang beragama Majusi dan meninggal dalam keadaan Majusi. Sedangkan anak Bardizbah yaitu Mughirah telah masuk Islam di masa al-Yaman al-Bukhari, seorang walikota daerah Bukhara.
Sementara itu mengenai Imam Bukhari, al-Hafizh berkata ”ketika Ismail bin Ibrahim meninggal, Muhammad bin Ismail (Imam Bukhari) masih kecil. Oleh karena itu, Muhammad bin Ismail tumbuh dalam asuhan ibunya. Ibu Muhammad bin Ismail adalah seorang perempuan yang taat beribadah yang dikarunai karamah. Dikisahkan Ghunjar dalam Tarikh Baghdad dan Al-Ilka’i dalam Syarh As-Sunnah, Bab Karamatu Al-Aulya, bahwa sewaktu kecil, kedua mata Muhammad bin Ismail telah buta. Kemudian ibu Muhammad dalam tidurnya melihat Nabi Ibrahim berkata kepadanya ”Wahai kaum perempuan, sungguh Allah telah mengembalikan kedua mata putramu karena kamu sering berdoa kepada-Nya. Dan dipagi harinya, sungguh Allah telah mengembalikan penglihatan mata Imam al-Bukhari.
Bukhari mulai mempelajari Hadis sejak usianya masih muda sekali, bahkan sebelum mencapai usia sepuluh tahun. Meskipun usianya masih sangat muda, dia memiliki kecerdasan dan kemampuan menghafal yang luar biasa. Muhammad ibn Abi Hatim menyatakan bahwa dia pernah mendengar Bukhari menceritakan bahwa dia mendapatkan ilham untuk mampu menghafal Hadis. Ketika ditanya sejak usia berapa dia memperoleh ilham tersebut, dijawab oleh Bukhari sejak berumur sekitar 10 tahun atau bahkan kurang dari itu.
Menjelang 16 tahun dia telah mampu menghafal sejumlah buku hasil karya ulama terkenal pada masa sebelumnya, seperti Ibn al-Mubarak, Waki’ dan lainnya. Dia tidak hanya menghafal hadis-hadis dan karya para ulama terdahulu saja tetapi juga mempelajari dan menguasai biografi dari seluruh perawi yang terlibat dalam periwayatan setiap hadis yang dihafalnya, mulai dari tanggal dan tempat lahir mereka, juga tanggal dan tempat mereka meninggal dunia dan sebagainya.
Imam Bukhari dikenal sebagai seorang muhadditsin, beliau banyak membaca Alquran baik siang atau malam, serta gemar berbuat kebaikan kepada murid-muridnya. Mengenai perawakannya, disebutkan Imam Bukhari adalah seorang syaikh yang berbadan kurus, tidak tinggi juga tidak pendek. Hal ini diungkapkan al-Khatib al-Baghdadi.

b. Nama Kitab Karyanya.
Kitab inilah induk kitab-kitab hadis yang ternama. Al-Bukhari menamainya dengan (الحامع الصحيح المسند من حديث رسول الله صلعم (al-Jami’ash-Shahih al-Musnad min Haditsi Rasul SAW). Kitab ini terbagi dalam 97 kitab, dan 3.451 bab. Bukhari menyelesaikan Shahihnya dalam waktu 16 tahun. Setiap beliau hendak menulis hadis, beliau mandi dan beristikharah.
Ibnu Shalah menetapkan bahwa jumlah hadis al-Bukhari ada 7.275 buah hadis dengan berulang-ulang. Kalau tidak berulang-ulang ada 4.000 buah hadis. Hitungan Ibnu Shalah ini diikuti oleh an-Nawawy. Al-Hafizh berkata, ”Mereka menetapkan demikian karena bertaqlid terhadap al-Hamawy. Sesudah saya hitung baik-baik dengan cermat bahwa jumlah hadis al-Bukhari berserta dengan yang berulang-ulang, selain hadis mu’allaq dan muttabi’i ada 7.397 buah hadis dan yang tidak berulang-ulang ada 2.602 buah. Jumlah yang mu’allaq ada 1.341 buah, jumlah yang mutabi’ ada 344 buah. Jumlah seluruhnya ada 9.082 hadis”
c. Kitab Syarahnya
Sesungguhnya, tidak ada sebuah kitabpun yang mendapat perhatian besar sebesar perhatian yang diperoleh oleh Shahih al-Bukhari. Lantaran itu didapatilah syarahnya sebanyak 82 buah. Syarah-syarah itu ada yang panjang dan ada yang ringkas, ada yang sedang, Diantaranya ialah A’lam as-Sunnan susunan al-Khaththaby (388H), al-Kawakib ad-Darari susunan Muhammad ibn Yusuf al-Kirmany (775H). Syarah yang banyak tersebar dalam masyarakat adalah Irsyad as-Sari, karya Ahmad ibn Muhammad al-Mishry alQashtalany (851 – 923H).
Di antara kitab syarah yang ada, hanya empat buah saja yang terpandang tinggi dari segala segi, yaitu : 1) At-Tanqih, karya Badruddin az-Zarkasyi, 2) At-Taswsyih, karya Jalaluddin as-Sayuthy, 3) Umdat al Qari, karya Badruddin al-Ainy, 4) Fath al-Bari, karya Syihabuddin (ibnu Hajar) al-Asqalany.
    1. Imam Muslim
a.       Sejarah Imam Muslim
Nama lengkapnya ialah Muslim bin Hajjaj bin Muslim bin Wardi bin Kawisyadz al-Qusyairi an-Naisaburi. Nama panggilan adalah Abul Husain. Beliau dinisbatkan kepada Naisaburi karena Muslim adalah putra kelahiran Nisabur, pada tahun 204H (820M) yakni kota kecil di Iran bagian Timur Laut. Muslim juga dinisbatkan kepada nenek moyangnya Qusyair bin Ka’ab bin Rabi’ah bin Shasha’ah suatu keluarga bangsawan besar.
Imam adz Dzhabi berkata; Imam Muslim meninggal pada bulan Rajab tahun 261 Hijriyah di Naisabur. Ketika dia meninggal usianya mencapai lebih dari 50 tahun. Kisah Imam Muslim meninggal telah disebutkan al-Khatib al Baghdadi dalam kitab Tarikh Badhdad. Al-Khatib berkata, Ahmad bin Salamah berkata, ”sewaktu Imam Muslim sedang mengajar, ada seseorang menanyakan sebuah hadis yang Imam Muslim tidak mengetahuinya. Imam Muslim lalu keluar dari ruangan tempatnya mengajar menuju rumah. Setelah menyalakan lampu, dia berpesan kepada keluarga bahwa malam itu dia boleh diganggu.
Salah seorang keluarga Imam Muslim berkata, pada waktu yang bersamaan mereka menerima hadiah kurma. Lalu mereka menyuguhkan kurma tersebut kepada Imam Muslim. Di saat dia mencari hadis, tangannya mengambil biji kurma satu demi satu dan memakannya sampai kenyang. Ketika kurma itu habis, dia baru menemukan hadis yang dimaksud. Bermula dari memakan kurma itulah, Imam Muslim menderita sakit perut dan akhirnya meninggal.

b. Nama Kitab Karyanya
Dalam bidang hadis, Imam Muslim banyak sekali menyumbangkan karya-karya kepada umat Islam. Salah satunya, adalah الحامع الصحيح (Jami’ush Shahih). Kitab ini berisikan sebanyak 7.273 buah hadis, termasuk dengan yang terulang. Kalau dikurangi dengan hadis yang terulang tinggal 4000 hadis saja. Shahih Muslim adalah kitab yang kedua dari kitab-kitab hadis yang menjadi pegangan (pedoman) sesudah Shahih Bukhari. Shahih muslim lebih baik susunan dari Shahih al-Bukhary. Karena itu mudah mencari hadis di dalamnya, daripada di dalam Shahih al-Bukhary.
Para ulama menyebut kitab shahih ini sebagai kita yang belum pernah didapati sebelum dan sesudahnya dalam segi tertib susunannya, sistematis isinya, tidak bertukar-tukar dan tidak berlebih dan tidak berkurang sanad-sanadnya. Al-Hafis Abu Ali an-Nisabury berkata ”di bawah kolong langit tidak terdapat seshahih kitab hadis selain kitab Shahih Muslim ini”.
Imam an-Nawawi mengatakan, dalam kitab Shahih Muslim hadis-hadis dan jalur periwayatannya disajikan kepada pembaca dengan susunan dan pemaparan yang tertib dan indah. Keindahan itu dapat ditemui dari tahqiq Imam Muslim yang matang terhadap jalur periwayatan hadis, sehingga substansi kitab sangat dalam dan penuh dengan aneka macam bentuk kewara’an dan kehati-hatian.
Pola penyajian hadis dengan ramping dan ringkas dilakukan setelah dia mengoreksi jalur periwayatan dengan menyeleksi dan membatasi makna hadis agar tidak terlalu melebar. Hal itu hanya bisa ditempuh oleh orang-orang yang pandai mengetahui dan memiliki banyak riwayat hadis.
Al-Hafizh berkata, dalam kitab al-Jami’ karya Imam Muslim bin Hajaj terdapat kandungan dan manfaat yang besar yang belum dapat dihasilkan oleh orang lain. Oleh karena itu, ada sebagian ulama lebih mengunggulkannya atas Kitab ash-Shahih karya Imam al-Bukhari karena beberapa pertimbangan.
Di antaranya, karena faktor terkumpulnya semua jalur periwayatan hadis dan pola penyampain yang mudah dipahami pembaca. Di samping itu, Imam Muslim selalu berusaha menyampaikan matan hadis sebagai dia terima dari syaikhnya tanpa memutuskan riwayat dan tidak pula berusaha meriwayatkan hadis dengan maknanya.

c. Kitab Syarahnya
Kitab-kitab syarah Shahih Imam Muslim ada 15 buah. Yang amat terkenal diantaranya Al-Mu’lim bi Fawa’idi, karya Al-Mazary (536 H), Al-Ikmal karya al-Qhadhi Iyadh (544 H), Minhaj al-Muhadditsin karya an-Nawawy (676H), Ikmal al Ikmal, karya az-Zawawy (744H), Ikmal al-Ikmali Mu’lim karya Abu Abdillah al-Abiyy al Maliky (927 H). Syarh al-Qadhy Iyadh menyempurnakan Syarh al-Mazary, Syarh an-Nawawy mengumpulkan Syarh al-Mazary, Syarh al-Qadhyu Iyadh dan Syarh Mufhim al-Qurthuby (Syarh Mukhtasar Muslim yang disusun oleh al-Qurthuby). Syarh Abu Abdillah al-Abiyy al-Maliky, terkandung di dalamnya Syarh al-Mazary, al-Qadhi Iyadh, al-Qurthuby dan an-Nawawy selain daripada tambahan dan tanbih .


    1. Imam Abu Daud
a.       Sejarah Imam Abu Daud
Menurut Ibnu Hatim nama lengkap Abu Daud adalah Sulaiman bin al-Asy’ats bin Syidad bin Amr bin Amir. Sedang menurut al-Khatib al-Baghdadi, nama Abu Daud adalah Sulaiman bin al-Asy’ats bin Syidad bin Amr bin Imran. Dikatakan bahwa kakek kedua Imam Abu Daud yang bernama Imran adalah salah seorang yang berjuang bersama Ali bin Abi Thalib dalam Perang Shiffin.
Menurut adz-Dzahabi, Abu Daud lahir pada tahun 202 Hijriyah. Ia sering melakukan rihlah, mengumpulkan hadis menelurkan karya dalam bidang hadis. Abu Ubaid al-Ajari berkata, ”aku telah mendengar Abu Daud berkata: ”Aku dilahirkan pada tahun 202 Hijriyah dan aku turut menyalati Affan yang meninggal pada tahun 220 Hijriyah. Ketika aku masuk Mesir, mereka berkata, ”Kemarin, Ustman bin al-Haitsam al-Muadzin meninggal. Aku pernah satu kali mengikuti pengajian Abu Umar bin adh-Dharir. Abu Ubaid al-Ajari berkata, Abu Daud meninggal pada tanggal 16 Syawal tahun 275 Hijriyah.
b. Nama Kitab Karyanya
Diantara karyanya yang terbesar dan sangat berfaedah bagi para Mujtahid ialah kitab Sunan yang kemudian terkenal dengan nama Sunan Abu Daud. Abu Daud sendiri mengatakan, ”Aku telah menulis hadis Rasul sebanyak 500.000 hadis, kemudian aku pilih sejumah 4.800 lalu masukkan dalam kitab ini”.
Kemudian dikatakannya; ”Saya tidak meletakkan sebuah hadis yang telah disepakati oleh orang banyak untuk ditinggalkannya. Saya jelaskan dalam kitab tersebut nilainya dengan shahih, semi shahih (yusybihuhu), mendekati shahih (yuqaribuhu) dan jika dalam kitab saya tersebut terdapat hadis yang wahnun syahidun (sangat lemah) “.
c. Kitab-Kitab Syarahnya
Kitab syarah diantaranya Ma’alim as-Sunan karya al-Khataby dan Aun al-Ma’bud karya seorang ahli hadis yang terkenal di India, Abu ath-Thaib Syams al-Haqq Azhim Abady. Sebaik-baik kitab mukhtasarnya ialah Mujtaba’susunan al-Mundziry yang telah disyarahkan as-Sayuthy. Al-Mujtaba itu telah disaring oleh Ibnu Qayyim al-Jauziyah. Hasil saringan itu dinamai Tahdzib as-Sunan.
    1. Imam Al-Tirnidzi
a.       Sejarah Imam Al-Tirmidzi
Nama lengkapnya Muhammad bin Isa bin Saurah bin Musa bin adh-Dhahak as-Sulami at-Tirmidzi al-Imam al-Alim al-Bari. Dia dilahirkan pada tahun 200 H (824M) di sebuah kota kecil Turmudz yang terletak di pinggir Utara Sungai Amuderia, sebelah Utara Iran. Imam Bukhari dan Imam at-Tirmidzi, keduanya sedaerah, sebab Bukhara dan Turmudz itu adalah satu daerah dari daerah Waraun Nahar.
Al-Mizzi berkata, ”Al-Hafizh Abul Abbas Ja’far bin Muhammad bin Mu’taz al-Mustaghfiri berkata ’Abu Isa at-Tirmidzi al-Hafizh meninggal di daerah Turmudz pada malam Senin, 13 Rajab 279 Hijriyah.
b. Nama Kitabnya Karyanya
Para ulama menyebutkan nama kitab Imam at-Tirmidzi ini, antara lain adalah:
1.) Shahih at-Tirmidzi. Orang yang sering menyebutnya demikian adalah al-Khatib al-Baghdadi sebagaimana disebutkan Jalaluddin as-Suyuthi.
2.) al-Jami’ ash-Shahih. Orang yang sering menyebutnya demikian adalah al-Hakim.
3.) al-Jami’ al-Kabir. Penyebutkan dengan nama ini jarang digunakan dan orang yang menyebutnya demikian adalah al-Kattani dalam Kitab ar-Risalah al-Muthrafah.
4). as-Sunan. Nama ini adalah nama yang masyhur digunakan dengan menisbatkan nama tersebut kepada penyusunnya, as-Sunan at-Tirmidzi, guna membedakan dengan Kitab as-Sunan lainnya.
5.) Al-Jami”. Nama ini adalah nama yang paling sering digunakan dan paling masyhur. Ketika dinisbatkan kepada penyusunnya, yaitu Jami’ at-Tirmidzi.
Syeikh Mana al-Qathan dalam مباحث فى علوم الحديث (Mabahits fi Ulum al-Hadits) mengelompokkan karya at-Tirmizi ini dalam kelompok shahih dengan sebutan al-Jami’ ash-Shahih.



c. Kitab-Kitab Syarahnya
Sebagian syarahnya ialah Syarh as-Sayuthi dan Syarh an Sindy. Syarahnya yang paling besar ialah Aridhah al-Ahwadzy karya Ibnu Arabi al-Maliki dan sebagian dari Mukhtasarnya ialah Mukhtasar al-Jami’ karya Najmuddin ibn Aqil.
    1. Imam An-Nasai’
a.       Sejarah Imam An-Nasa’i
Imam Nasa’i nama lengkapnya ialah Abu Abd ar-Rahman Ahmad bin Sya’aib bin Bahr. Nama Imam Nasa’iy dinisbatkan kepada kota tempatnya dilahirkan. Imam Nasa’i dilahirkan pada tahun 215 H, di kota Nasa yang masih termasuk wilayah Khurasan. Imam Nasa’i wafat pada hari Senin, tanggal 13 bulan Shafar, tahun 303H (915M), di ar-Ramlah. Menurut suatu pendapat, dia meninggal di Mekah dan dikebumikan di suatu tempat antara Shafa dan Marwah.
b.      Nama Kitab Karyanya
Sunan yang ditulis An-Nasa’iy bernama al-Mujtaba’ min as-Sunan (sunan-sunan pilihan). Sunan ini dinamai al-Mujtaba’ karena pada mula-mulanya an-Nasa’iy menyusun sunan-nya yang besar lalu memberikannya kepada seorang amir di ar-Ramlah. Amir itu bertanya ”Apakah isi sunan ini shahih seluruhnya?” an-Nasa’iy menjawab, ”isinya ada yang shahih, ada yang hasan dan ada yang hampir serupa dengan keduanya.” Kemudian sang amir memerintahkan Imam Nasa’iy memisahkan yang shahih saja. Sesudah itu Imam an-Nasa’iy menyaring sunannya dan menyalin yang shahih saja dalam sebuah kitab yang lain dengan menamainya al-Mujtaba’. Kedudukannya di bawah derajat shahih Muslim, karena terdapat sedikit hadis yang dha’if di dalamnya.
c.       Kitab sarahnya
 Apabila dikatakan hadis riwayat an-Nasa’I, maka yang dimaksudkan ialah riwayat yang dalam al-Mujtaba’ itu. Diantara ulama yang mensyarahkan kitab itu ialah as-Sayuthy dan as-Sindy.




6. Ibnu Majah
a. Sejarah Ibnu Majah
Ibnu Majah adalah nama nenek moyang yang berasal dari kota Qazwin, salah satu kota di Iran. Nama lengkap imam hadis yang terkenal dengan sebutan neneknya ini, ialah Abu Abdillah bin Yazid ibnu Majah. Beliau dilahirkan di Qazwin pada tahun 207 H (824M). Sebagaimana halnya muhadditsin dalam mencari hadis memerlukan perantauan ilmiah, maka Ibnu Majah berkeliling di beberapa negeri untuk menemui dan berguru hadis kepada ulama hadis. Dari tempat perantauannya itu, beliau bertemu dengan murid-murid Imam Malik dan al-Laits, dan dari sinilah Ibnu Majah banyak memperoleh hadis.
b. Nama Kitab Karyanya
Ibnu Majah menyusun kitab Sunan yang kemudian terkenal dengan nama Sunan Ibnu Majah. Yang mula-mula menjadikan susunan kitab ini menjadi kitab induk hadis yang keenam adalah Ibnu Thahir al-Maqdisy, kemudian diikuti oleh al-Hafis Abd al-Ghany al-Maqdisy dalam kitab al-Ikmal. Mereka mendahulukan sunan ini atas al-Muwaththa’, karena banyak zawaidnya atas kitab lain.
c. Kitab-Kitab Syarahnya
Sebagian dari syarah Sunan Ibnu Majah adalah Mishbah az-Zujajah, karya as-Sayuthy dan Syarh as-Sindy.


B. Perawi Al-Muwaththa’
1. Sejarah Imam Malik
Imam malik bernama lengkap Abu Abdullah Malik bin Anas bin Malik bin Abi Amir bin Amr bin Haris bin Gaiman bin Kutail bin Amr bin Haris Al Asbahi, lahir di Madinah pada tahun 712-796 M. Berasal dari keluarga Arab yang terhormat dan berstatus sosial yang tinggi, baik sebelum datangnya islam maupun sesudahnya, tanah asal leluhurnya adalah Yaman, namun setelah nenek moyangnya menganut islam mereka pindah ke Madinah, kakeknya Abu Amir adalah anggota keluarga pertama yang memeluk agama islam pada tahun ke dua Hijriah.
Kakek dan ayahnya termasuk ulama hadis terpandang di Madinah, oleh sebab itu, sejak kecil Imam Malik tidak berniat meninggalkan Madinah untuk mencari ilmu, karena beliau merasa Madinah adalah kota sumber ilmu yang berlimpah dengan ulama ulama besarnya. Imam Malik menekuni pelajaran hadis kepada ayah dan paman pamannya juga pernah berguru pada ulama ulama terkenal seperti Nafi’ bin Abi Nuaim, Ibnu Syihab Al Zuhri, Abu Zinad, Hasyim bin Urwa, Yahya bin Said Al Anshari, Muhammad bin Munkadir, Abdurrahman bin Hurmuz dan Imam Ja’far AsShadiq.
Kecintaannya kepada ilmu menjadikan hampir seluruh hidupnya diabdikan dalam dunia pendidikan, tidak kurang empat Khalifah, mulai dari Al Mansur, Al Mahdi, Harun Arrasyid dan Al Makmun pernah jadi muridnya, bahkan ulama ulama besar Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi’i pun pernah menimba ilmu darinya, menurut sebuah riwayat disebutkan bahwa,murid Imam Malik yang terkenal mencapai 1.300 orang. Ciri pengajaran Imam malik adalah disiplin, ketentraman dan rasa hormat murid terhadap gurunya.
2. Karya Imam Malik
Karya Imam malik terbesar adalah bukunya Al Muwatha’ yaitu kitab fiqh yang berdasarkan himpunan hadis hadis pilihan, menurut beberapa riwayat mengatakan bahwa buku Al Muwatha’ tersebut tidak akan ada bila Imam Malik tidak dipaksa oleh Khalifah Al Mansur sebagai sangsi atas penolakannya untuk datang ke Baghdad, dan sangsinya yaitu mengumpulkan hadis-hadis dan membukukannya. Awalnya imam Malik enggan untuk melakukannya, namun setelah dipikir pikir tak ada salahnya melakukan hal tersebut Akhirnya lahirlah Al Muwatha’ yang ditulis pada masa khalifah Al Mansur (754-775 M) dan selesai di masa khalifah Al Mahdi (775-785 M), semula kitab ini memuat 10 ribu hadis namun setelah diteliti ulang, Imam Malik hanya memasukkan 1.720 hadis. Selain kitab tersebut, beliau juga mengarang buku Al Mudawwanah Al Kubra.

Imam malik tidak hanya meninggalkan warisan buku, tapi juga mewariskan Mazhab fiqhinya di kalangan sunni yang disebut sebagai mazhab Maliki, Mazhab ini sangat mengutamakan aspek kemaslahatan di dalam menetapkan hukum, sumber hukum yang menjadi pedoman dalam mazhab Maliki ini adalah Al Quran, Sunnah Rasulullah, Amalan para sahabat, Tradisi masyarakat Madinah, Qiyas dan Al Maslaha Al Mursal ( kemaslahatan yang tidak didukung atau dilarang oleh dalil tertentu.
  1. Musnad Imam Ahmad
1.      Sejarah Imam Ahmad
Ahmad bin Hambal adalah Imam Abu ‘Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hambal As-Syaibani Al Marwazi Al Baghdadi. Beliau dilahirkan pada tahun 164 di Marwu. Kemudian beliau dibawa ke Baghdad ketika masih menyusui. Ada yang mengatakan bahwa beliau dilahirkan di Baghdad. Beliau tumbuh sebagai anak yatim. Beliau berkeliling ke berbagai negeri dan daerah dalam rangka mencari hadits. Beliau mendengar hadits dari para syaikh pada zamannya di daerah Hijaz, ‘Iraq, Syam, dan Yaman. Beliau sangat perhatian terhadap Sunnah dan fiqih hingga para ahli hadits menganggapnya sebagai imam dan ahli fiqih mereka. Beliau meninggal pada tahun 241 H di Baghdad dalam usia 77 tahun.

2.      Musnad Imam Ahmad
Para ahli hadits dahulu maupun sekarang telah memberi persaksian bahwa Musnad Imam Ahmad merupakan kitab hadits yang lengkap karena setiap muslim membutuhkannya dalam urusan agama dan dunianya. Ibnu Katsir berkata, “Tidak ada satu kitab Musnad pun yang menandingi Musnad Ahmad dalam hal jumlah hadits dan keindahan susunan.”
Hambal berkata, “Ayah mengumpulkan kami, saya, Shalih dan ‘Abdullah, lalu dia membacakan Musnad-nya kepada kami dan tidak ada selain kami yang mendengarnya. Beliau berkata, ‘Kitab ini aku sarikan dari 57 ribu hadits lebih. Jika kaum muslimin berselisih mengenai suatu hadits dari rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka merujuklah ke dalamnya. Jika kalian mendapati hadits tersebut di dalamnya, berarti dapat dijadikan hujjah, tetapi jika kalian tidak mendapatinya, berarti hadits tersebut tidak dapat dijadikan hujjah.”
Meskipun begitu, Adz Dzahabi berkata, “Perkataan beliau ini hanya pada kebanyakan perkara karena kita memiliki hadits-hadits yang juga berderajat kuat dan terdapat dalam Ash Shahihain, kitab-kitab Sunan, dan kitab-kitab Al Ajza-u Al Haditsiyah yang tidak terdapat dalam Musnad beliau.“.
Kitab musnad ini diberi tambahan oleh anaknya( Abdullah), beberapa hadits yang dia riwayatkan dari ayahnya dan dikenal dengan nama Zawa`id Al ‘Abdillah. Kitab ini juga diberi tambahan hadits-hadits oleh Abu Bakar Al Qathi’i yang dia riwayatkan dari ‘Abdullah dari ayahnya selain dari ‘Abdullah dan ayahnya. Hadits dalam Musnad ini mencapai 40 ribu buah termasuk yang diulang, dan 30 ribu jika tanpa pengulangan.

  1. Sunan Ad-Darimy
1.      Sejarah Imam Ad-Darimy
Beliau adalah Al-Hafizh al-Imam Abdullah bin Abdul Rahman bin Fadhl bin Bahram bin Abdillah abu Muhmad ad-Darimi as-Samarqandi[1] ad-Darimi adalah nama lengkapnya Darim bin Malik bin Handalah bin Zaid bin Munah bin Tamim[2]. Ia di lahirkan pada taun 181 H (ada juga yang berpendapat 182) atau bertepatan dengan tahun 797 M.[4]
Beliau meninggal dunia pada hari Kamis, 8 Dzulhidjah (hari tasriah) setelah ashar tahun 225 H /69 M, dalam usia 75 tahun. Dan dikuburkan keesokan harinya, Jumat (hari Arafah)[3].
2.      Guru-Guru Imam Ad-Darimy
Imam Ad-Dzarimt mendapatkan ilmunya dari Yazid bin Tharus, Nadzar bin Syumail (paling awal meninggal diantara guru-gurunya), Imam Muslim dan yang lainnya[4]. Dan setelah mendapatkan ilmu dan memulai menapaki masa-masa kematangan intelektualnya, beliaupun mulai mengajar dan berkarya.



3.      Karyanya
Dalam perjalanan hidup beliau menghasilkan karya sebagai berikut:
Sunan ad-Darimi (ada juga yang menyebutnya al-Jam’u ash-Shahiih),Tsulutsiyat (kitab hadits).
4.      Isi Sunan ad-Darimi
- kitab ini di mulai dengan muqaddimah yang berisi bab-bab pengantar seperti:
- kondisi manusia sebelum islam
- tentang sifat, mu’jizat Nabi
- tentang fatwa
- tentang ilmu dan orang berilmu
- kemudian di sambung dengan kitab Taharah, kitab Shalat dan di akhiri dengan kitab Fadhail al-Qur’an. Jumlah kitab dalam Sunan Darimi seluruhnya berjumlah 23 kitab.












BAB II
PENUTUP
  1. Kesimpulan
Sebagaimana yang telah kita ketahui Al-Hadis adalah sumber hukum Islam yang kedua. Ia berperan menjelaskan keterangan dalam Al-Quran yang masih bersifat Universal. Dalam penulisannya Al-Hadis diriwayatkan oleh perawi-perawi yang telah memenuhi syarat untuk menulis hadis. Dalam perkembangannya kitab hadis membawa perawinya termasuk ke dalam golongan Kutub As-Sittah yang terdiri dari enam perawi yaitu: Imam Al Bukhari, Imam Muslim, Imam At-Tirmidzi, Imam Abu Daud, Imam An-Nasai’ dan Imam Ibnu Majah. Sebuah penghargaa untuk para perawi yang telah mengestafetkan ajaran Rasulullah SAW. Tidak sampai disitu saja ada pula perawi yang menulis buku Al-Muwaththa’ yaitu Imam Malik yang sekaligus termasuk dalam gologan empat Imam Madzab yang terkenal dengan sebutan Madzab Maliki.
Kemudian juga ada Musnad yang merupakan karya Imam Ahamd yang menambah penegasan tentang ajaran Islam yang mengatur secara menyeluruh kehidupan umat Islam. Terdapat juga Sunan Ad-Darimy yang menjadi sumber tambahan yang mampu menguatkan semua peraturan dan contoh teladan atas semua sunah Nabi Muhammad saw.
  1. Saran
Dalam makalah ini tentunya mempunyai kelebihan dan kelemahan. Jika memang terdapat kelebihan dari makalah ini, itu semata-mata dating dari Alloh SWT. Namun bila terdapat kekeliruan maka kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna terciptanya makalah yang lebih baik lagi. Semoga makalah ini memberikan menfaat untuk terciptanya kehidupan secara Islamiyah. Amin!





DAFTAR PUSTAKA
Farid, Ahmad, Min A’lam As-Salaf , terjemah 60 Biografi Ulama Salaf, Jakarta: Al-Kautsar,2006.
Rahman, Fatchur Drs, Ikhtisar Mushthahul Hadits, Bandung: PT Alma’arif, 1974
ash-Shiddieqy, TM Hasby, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, Jakarta: Pustaka Rizki Putra, 2009.
al-Qathan, Manna , Mabahits fi Ulum al-Hadits, Maktabah Wahbah, 2001
Yuslem, Nawer Prof. Dr , Ulumul Hadis, Jakarta:PT Mutiara Sumber Widya, 2010



[1] Syamsuddin adz-Dzahabi, Syar ‘Alam Nubala. Dar Fikr. Vol. X. Hal. 173. lihat juga, al-A’lam. Vol. IV. Hal 95. juga Mu’jam-ul ‘Muallifîn. Vol.VI. Hal.71. Sebagaimana dituturkannya sendiri (saya di lahirkan pada tahun wafatnya Ibnu Mubarak 181 H.
[2] ibid
[3] Ibid. Hal 175. lihat juga, Imam al-Hambali, Syarat-udz Dzahabi Fî Akbarinan Ad Dazahabi. Dar al-fikr Al-Arabiyah. Vol. II. Hal. 130

[4] Syamsudin adz-Dzahabi. ibid

No comments:

Post a Comment