Monday, 22 July 2013

Wahyu dan Al-Qur'an

ULUMUL QUR’AN
AL-QUR’AN DAN WAHYU
STITY Edit


 Di Susun Oleh :
Nama              : GATOT WAHYUDI
Semester         : 1B
NIM                : 11013541


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH YOGYAKARTA


PEMBAHASAN WAHYU

A.   PENGERTIAN WAHYU

Kata wahyu bagi kita sebagai pelajar dan pengajar muslim, bukan sesuatu yang asing. Kita sering mendengarnya tidak saja dalam kegiatan belajar, atau forum ceramah – ceramah agama, tetapi juga dalam nyanyian yang bernafas keislaman, dan bahkan kata tersebut bagi sebagian kaum muslimin dijadikan nama bagi putra mereka.
Akan tetapi, yang akan dibahas dalam uraian ini adalah wahyu sebagai rangkaian informasi keagamaan yang disampakan Allah kepada umat manusia melalui utusanNYA. Dan untuk itu, akan dibahas pengertian wahyu ini baik dari sudut kebahassaannya, maupun makna termonologinya.
Kata wahyu yang kini sudah merupakan bagian dari khazanah kebahasaan Indonesia, berasal dari bahasa arab dengan bentuk-bentuk ubahan waha (وحي) yahi (يحى) wahyan (وحيا) yang berarti suara, api, kecepatan, bisikan, isyarat, tulisan, dan juga perintah.
Al-Wahy atau wahyu adalah kata masdar (infinitif); dan materi kata itu menunjukkan dua pengertian dasar, yaitu: tersembunyi dan cepat. Oleh sebab itu, maka dikatakan bahwa wahyu ialah pemberi­tahuan secara tersembunyi dan cepat yang khusus ditujukan kepada orang yang diberitahu tanpa diketahui orang lain. Menurut ilmu bahasa, wahyu ialah : isyarat yang cepat dengan tangan dan sesuatu isyarat yang dilakukan bukan dengan tangan. Juga bermakna surat, tulisan, sebagaimana bermakna pula, segala yang kita sampaikan kepada orang lain untuk diketahuinya.
Wahyu itu ialah : yang dibisikkan kedalam sukma, diilhamkan dan isyarat cepat yang lebih mirip kepada dirahasiakan daripada dilahirkan.

Pengertian wahyu dalam arti bahasa meliputi:
  1. Ilham sebagai bawaan dasar manusia, seperti wahyu terhadap ibu Nabi Musa:
وأوحينا إلى أم  موسى أن  أرضعيه ...
"Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa: "Susuilah dia... " (al­-Qasas [28]: 7).
Ilham yang berupa naluri pada binatang, seperti wahyu kepada lebah:
وأوحى ربك إلى النحل أن اتخذي من الجبال بيوتا ومن الشجر ومما يعرشون    
Dan Tuhanmu telah mewahyukan (ilhamkan) kepada lebah: 'Buatlah sa­rang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di rumah-rumah yang didirikan manusia.  (an-Nahl [16]: 68).

  1. Isyarat yang cepat melalui rumus dan kode, seperti isyarat Zakaria yang diceritakan Qur'an:
فخرج على قومه من المحراب فأوحى إليهم أن سبحوا بكرة وعشيا
"Maka keluarlah dia dari mihrab, lalu memberi isyarat kepada mereka: 'Hendaklah kamu bertasbih di waktu pagi dan petang. "'(Maryam [19]:11).
  1. Bisikan dan tipu daya setan untuk menjadikan yang buruk kelihatan indah dalam diri manusia.
...وإن الشياطين ليوحون إلى أوليآئهم ليجادلوكم وإن أطعتموهم إنكم لمشركون
"Sesungguhnya syaitan-syaitan itu membisikkan kepada kawan­kawannya agar mereka membantah kamu." (al-An`am [6]:121).
وكذلك جعلنا لكل نبي عدوا شياطين الإنس والجن يوحي بعضهم إلى بعض زخرف القول غرورا
"Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan dari jenis manusia dan dari jenis jin; sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu manusia." (al-An'am [61:112).
  1. Apa yang disampaikan Allah kepada para malaikatnya berupa suatu perintah untuk dikerjakan.
إذ يوحي ربك إلى الملآئكة أني معكم فثبتوا الذين آمنوا
"Ingatlah ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat: 'Sesungguhnya Aku bersama kamu, maka teguhkanlah pendirian orang-orang yang beriman. "' (al-Anfal [8]:12)

Dengan demikian, penggunaan kata wahyu dalam Al-Qur’an antara lain untuk makna isyarat, bisikan, insting dan juga perintah. Sedangkan dalam tradisi kebahasaan arab kata wahyu bisa digunakan untuk makna api, kecepatan, bisikan, rahasia, isyarat, tulisan dan kitab.
Kemudian kata wahyu tersebut digunakan juga dalam pembahasan keilmuan, khususnya ilmu-ilmu Al-Qur’an dengan makna pengetahuan yang disampaikan Allah kepada para rosulNya.
Pengertian wahyu secara terminology, wahyu adalah sebutan bagi sesuau yang dituangkan dengan cara cepat dari Allah kedalam dada nabi-nabiNya, sebagaimana dipergunakan juga untuk lafadz Al-Qur’an. Dapat diartikan pula bahwa wahyu Allah kepada nabi-nabiNya adalah pengetahuan pengetahuan yang Allah tuangkan kedalam jiwa nabi, untuk mereka sampaikan kepada manusia untuk menunjuki dan memperbaiki mereka didalam dunia serta membahagiakan mereka di akhirat.
\
  1. PENGERTIAN AL-QUR’AN

Al-Qur’an menurut pendapat yang paling kuat seperti yang dikemukakan Dr. Subkhi Al-Shahih berarti ‘bacaan’, asal katanya adalah “qara’a”. kata Al-Qur’an itu berbentuk masdar dengan arti isim maful yaitu ”makru” yang dibaca
Sedangkan menurut istilah dalam pembahasan ilmu Al-Qur’an sebagaimana dikemukakan Shubhi Al-Shahih adalah sebuah kitab suci yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW, yang dapat melemahkan para penentangnya ditulis dalam beberapa mashaf, disampaikan secara mutawwatir, daan membaca serta mempelajarinya dihukumi ibadah.
Ali Al-Shabuni mengenukakan bahwa Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW , melalui Jibril AS yang dapat melemahkan para penantangnya ditulis dalam beberapa mushaf, disampaikan kepada kita dengan cara mutawatir, yang dimulai dari surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Naas, dan membaca serta mempelajarinya dihukumi ibadah

  1. CARA AL-QUR’AN DIWAHYUKAN

Nabi Muhammad SAW dalam hal menerima wahyu mengalami bermacam-macam cara dan keadaan, diantaranya:

  1. Langsung dari Allah kepada nabi tanpa perantara
a.       Berbicara langsung dari balik tabir
Sebagaimana terdapat dalam surat As-syuura ayat 51 yang berbunyi: “dan tidaklah mungkin bagi seorang manusia pun Allah berkata kata dengannya, kecualimelalui perantara wahyu atau dibalik tabir atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwaahyukan kepadanya dengan seizinNyaapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi Lagi Maha Bijaksana
b.      Melalui mimpi yang benar
Seperti yang ditegaskan oleh ‘Aisyah ra., dalam sebuah hadis yang berbunyi ‘dari ‘Aisyah ra, dia berkata bahwa awal-awal wahyu yang diterima Rasulullah adalah melalui mimpi benar yang dialami dalam tidurnya. Dan beliau tidak melihat dalam mimpinya itu, kecuali cahaya terang seperti fajar di waktu shubuh. (HR.BUKHORI MUSLIM)

  1. Melalui perantara malaikat
    1. Malaikat menampakkan dirinya kepada Nabi dengan rupanya yang asli.  Hal ini tersebut dalam Al-Qur'an. "Sesungguhnya Muhammad telah melihatnya (Jibril) pada kali yang lain. Ketika (ia berada) di Sidratul Muntaha ". (QS. A n-Najm :13-14).
    2. Malaikat memasukkan wahyu kedalam hatinya. Dalam hal ini Nabi Muhammad SAW tidak melihat sesuatu apapun, hanya beliau merasa bahwa itu sudah berada saja dalam kalbunya. Mengenai hal ini Nabi mengatakan : "Ruhul Qudus mewahyukan ke dalam kalbuku". (QSAsy­Syuura : 51).
    3. Malaikat menampakkan dirinya kepada Nabi Muhammad SAW berupa seorang laki-laki yang mengucapkan kata-kata kepadanya sehingga beliau mengetahui dan hafal benar akan kata-kata itu.
    4. Wahyu datang kepadanya seperti gemerincing lonceng. Cara yang seperti inilah yang amat berat yang dirasakan oleh Nabi. Kadang-kadang pada keningnya bercucuran keringat, terkadang disaat beliau mengendarai unta, untanya berhenti dan terduduk karena merasakan beban yang teramat berat
    5. Israfil turun membawa beberapa kalimat wahyu, sebelum Jibril datang membawa wahyu Al-Qur'an.

  1. HIKMAH AL-QUR’AN DITURUNKAN BERANGSUR-ANGSUR

Dari beberapa sumber yang ada menyebutkan bahwa Al-qur’an diturunkan secara berangsur angsur dalam masa 22 tahun 2 bulan 22 hari. 13 tahun di Mekkah dan 10 tahun di Madinah. Turunya Al-Qur’an secara berangsur angsur diantaranya :
  1. Agar lebih mudah dimengerti dan diamalkan. Apabila Al-Qur’an yang berisikan perintah dan larangan diturunkan sekaligus, maka niscaya manusia akan sulit untuk mengamalkannya, hal ini disebutkan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Bukhori dari Aisya ra.
  2. Turunnya suatu ayat sesuai dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi. Hal ini tentu akan lebih mengesankan dan lebih berpengaruh didalam hati manusia. Wahyu itu apabila diturunkan tiap-tiap waktu kejadian, maka teguhlah hati yang menerimanya.
  3. Memudahkan proses penghafalan.
  4. Diantara ayat ayat yang turun ada yang merupakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan atau penolakan terhadap suatu pendapat atau perbuatan. Sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Abbas r.a., hal ini tidak mungkin terjadi jika kalu Al-Qur'an diturunkan sekaligus.
  5. Diantara ayat-ayat itu ada yang nasikh dan ada yang mansukh sesuai dengan kemaslahatan. Hal ini tidak dapat dilakukan sekiranya Al-Qur'an diturunkan secara sekaligus.

  1. KEDUDUKAN AL-QUR’AN
Apabila kita memandang Al-Qur'an dalam konteks dasar-dasar keislaman, maka kedudukan A1-Qur'an merupakan sumber utama (sumber dari segala sumber) atau pokok-pokok asasy bagi syari'at Islam. Kemudian dari A1-Qur'an inilah diambil segala pokok-pokok syari'at dan cabang-cabangnya. Sehingga dapat pula dikatakan bahwa Al-Qur'an dalam Al-Qur'an.
Oleh karena Al-Qur'an dasar-dasar pokok, maka dalam hal memahaminya memerlukan tafshil. Oleh karena itu, Al-Qur'an memerlukan hadits dalam hal penjelsannya. Maka dikenallah bahwa hadits (sunnah) merupakan sumber yang kedua dalam Islam setelah Al-Qur'an.

  1. NAMA-NAMA AL-QUR’AN
1.      Al-Qur’an
Menurut bahasa artinya ’bacaan’ alasan dinamakan Al-Qur’an karena banyak kata-kata Al-Qur’an terdapat dalam ayat, antara lain firman Allah SWT dalam surat Qaaf :1:
                                                                              ق والقرآن المجيد
2.      Al-kitab
Menurut bahasa artinya ‘tulisan’ alasan dinamakan Al-kitab karena kata Al-kitab merupakan kata terbanyak ke-2 setelah Al-Qur’an. Diantara lain dalam surat Az-Zumar ayat ke 41:
انا انزلنا عليك الكتاب للناس بالحق
Sesungguhnya kami telah menurunkan Al-kitab kepadamu ( wahai Muhammad ) dengan membawa kebenaran bagi manusia.

3.      Al-Furqon
Seperi tertera dalam Al-Qur’an surat AL-Furqon ayat 1

تبارك الذي نزل الفرقان على عبده ليكون للعالمين نذيرا
Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqaan (Al Qur'an) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam
4.      Adz-Dzikr
seperti dalam Al-Quran surat Al-Hijr ayat 9
إنا نحن نزلنا الذكر وإنا له لحافظون
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur'an (adz-Dzikr), dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.
5.      At-Tanzil
Seperti dalam Al-Qur’an surat Asy-Syura ayat 192-193
وإنه لتنزيل رب العالمين  نزل به الروح الأمين
Dan sesungguhnya Al Qur'an (al-Tanzil) ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al Amin (Jibril)
Sifat-sifat dalam Al-Qur’an sungguh sudah tertera dalam sejumlah
ayat-ayat Al-Qur’an, bahkan sedikit sekali surat-surat dalam Al-Qur’an yang tidak menyebutkan sifat-sifat yang indah dan mulia terhadap kitab yang diturunkan oleh Tuhan yang Maha Mulia yang dijadikan Mukjizat yang abadi  bagi seorang nabi yang terakhir, diantaranya
$pkšr'¯»tƒ â¨$¨Z9$# ôs% Nä3ø?uä!$y_ ×psàÏãöq¨B `ÏiB öNà6În/§ Öä!$xÿÏ©ur $yJÏj9 Îû ÍrߐÁ9$# Yèdur ×puH÷quur tûüÏYÏB÷sßJù=Ïj9  
Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. (QS. Yunus : 57)
ãAÍit\çRur z`ÏB Èb#uäöà)ø9$# $tB uqèd Öä!$xÿÏ© ×puH÷quur tûüÏZÏB÷sßJù=Ïj9   Ÿwur ߃Ìtƒ tûüÏJÎ=»©à9$# žwÎ) #Y$|¡yz  
dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian. (QS. Al-Isra’ : 82)
kata Al-Qur’an adalah sama halnya dengan kata “Qira’at adalah masdar dari kata Qara’a-qira’atan dan qur’anan” demikian menurut sebagian ulama dengan mengambil alasan firman Allah QS.Al-Qiyamah:17-18
¨bÎ) $uZøŠn=tã ¼çmyè÷Hsd ¼çmtR#uäöè%ur  #sŒÎ*sù çm»tRù&ts% ôìÎ7¨?$$sù ¼çmtR#uäöè%  
Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya .apabila Kami telah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu.
Pengertian “qur’anahu di sini sama dengan “qira’atahu”. Maka lafadz “qur’an” menurut pendapat ini adalah musytak ( pengambilan dari kata kerja). Sebagaian ulama yang lain berpendapat bahwa lafadz Al-Qur’an bukanlah musytak dari qara’a melainkan isim alam (nama sesuatu) bagi kitab yang mulia sebagaimana halnya nama taurot dan injil. Ini adalah pendapat Imam Syafi’I (lihat kitab ‘mabahitsul Qur’an karangan Al-ustadz Manna’ Al-Qaththan)
 G. Ayat Pertama dan Terakhir Turunnya
Permulaan turun AI-Qur'anul Karim adalah tanggal 17 Rama­dhan tahun ke 40 dari kelahiran Nabi s a w. yaitu dikala beliau se­dang bertahannuts (beribadah) di Gua Hira, dimana kala itu turun wahyu (Jibril AI-Amin) dengan membawa beberapa ayat AI­Qur'anul Hakim. la (Jibril) menyekap Nabi ke dadanya lalu mele­paskannya (dan melakukan yang demikian itu berulang tiga kali), sambil mengatakan "iqra' (bacalah)" pada setiap kalinya, dan Rasul s a w. menjawabnya "ma ana bi qaari (saya tidak bisa membaca)". Pada dekapan yang ketiga kalinya Jibril membacakan:
اقرأ باسم ربك الذي خلق خلق الإنسان من علق اقرأ وربك الأكرم الذي علم بالقلم علم الإنسان ما لم يعلم
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Al-Alaq: 1-5.
Adapun ayat terakhir turun ialah QS. Al-Baqarah: 281:
واتقوا يوما ترجعون فيه إلى الله ثم توفى كل نفس ما كسبت وهم لا يظلمون
Dan peliharalah dirimu dari (adzab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikit pun tidak dianiaya (dirugikan).
Ini adalah pendapat yang benar dan kuat menurut basil seleksi para Ulama yang tokohnya As-Sayuthy. Pendapat ini dikutip dari seorang tokoh ummat, yaitu Abdullah bin Abbas yang diriwayatkan oleh Nasa'i dari `Ikrimah dari Ibnu Abbas, bahwasanya ia berkata: "Ayat Al-Qur'an yang terakhir diturunkan.ialah ayat:
واتقوا يوما ترجعون فيه إلى الله
Dan Nabi setelah turun ayat itu hanya hidup 9 (sembilan hari) yang ke­mudian beliau wafat pada mat am Senin tanggal 3 Robi'ul Aw­wal. Adapun pendapat sebagian Ulama yang mengatakan bahwa ayat Al-Qur'an yang terakhir diturunkan ialah firman Allah al-Maidah: 3:

اليوم أكملت لكم دينكم وأتممت عليكم نعمتي ورضيت لكم الإسلام دينا
Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan ni'mat-Ku kepadamu serta telah Ku- ridhai bagimu Islam itu sebagai agama.(Al-Maidah: ayat 3).
Ini adalah pendapat yang tidak benar, karena ayat tersebut di­turunkan kepada Rosul s a w. pada waktu beliau melaksanakan haji wada` di kala beliau wukuf di 'Arafah, yang setelah itu beliau masih sempat hidup selama 81 (delapanpuluh satu) hari, dan sebelum beliau wafat turun sebuah ayat dari surat Al-Baqarah:
واتقوا يوما ترجعون فيه إلى الله
Maka itulah ayat yang terakhir diturunkan, bukan ayat pada surat Al-Maidah. Inilah pendapat yang benar, dan dengan turunnya ayat ini terputuslah wahyu, dan sekaligus sebagai akhir hubungan antara langit dengan bumi. Setelah turun penutup/yang terakhir ayatAI-Qur'an ini, Rosulullah s a w. pindah ke pangkuan Yang Maha Agung (wafat) setelah beliau menyampaikan amanat dan risalahnya serta menunjukkan manusia kepada ajaran Allah.

Ayat AI-Maidah sebagal ayat yang belakang diturunkan.
Diantara dalil yang menunjukkan bahwa ayat pada surat Al­Maidah diturunkan dikala Haji Wad;' adalah sebuah hadits Fang diriwayatkan dalam Shahih Bukhary bahwa salah seorang Yahudi pernah datang menghadap Umar Ibnu Khattah dan berkata: Amirul Mukminin!, ada sebuah ayat dalam kitabmu yang kalau diturunkan kepada kami golongan Yahudi niscava hari turunnya itu akan kami jadikan sebagai hari besar (ied). Umar bertanya: Ayat manakah yang anda maksudkan? la menjawab: "Firman Allah s. W. t.:
اليوم أكملت لكم دينكم وأتممت عليكم نعمتي ورضيت لكم الإسلام دينا
Seraya Umar menjawab: "Demi Allah, Sungguh aku tahu benar tempat diturunkannya ayat tersebut serta saat dimana diturunkan. Ayat tersebut diturunkan pada waktu Rasul s a w. berada di Arafah, Hari Jum'at setelah Ashar".') Tegasnya ayat tersebut diturunkan pada suatu hari raya Islam. yang paling besar, yaitu hari raya yang melebihi hari raya lainnya.
Catatan
Imam As-Sayuthy dalam kitabnya Al-Itqan fi 'Ulumil Qur'an mengemukakan beberapa persoalan tentang ayat yang pertama dan yang terakhir diturunkan. Beliau menjawab persoalan tersebut de­ngan jawaban yang tepat dapat kami simpulkan sebagai berikut:
Persoalan pertama: Bahwasanya telah diriwayatkan dalam shahih Bukhary Muslim (shahihain),dari hadits Jabir bin Abdillah bahwa is ditanya: "Ayat Al-Qur'an manakah yang pertama diturun­kan? la menjawab:
يا أيها المدثر
      la dibantah: "bukan, me­lainkan al-Alaq 1-5. Lantas ia berkata: "Saya akan menceriterakan kepadamu tentang yang pernah Rasul ceritera­kan kepada kami, Rasul s a w. pernah bersabda: "Aku pergi ke Gua Hira dan setelah menetap di sana aku pulang (turun dari bukit) me­nuju lembah aku memandang ke muka dan ke belakang ke kiri dan ke kanan, kemudian aku memandang ke langit, tiba-tiba nampaklah Jibril dan aku menjadi gemetar. Aku cepat mendatangi Khadijah dan kuperintahkan mereka: "selimutilah aku!", lalu Allah menurun­kan  ayat     
يا أيها المدثر
      Hadits tersebut menunjukkan bahwa ayat pada surat Al-Muddatsir adalah ayat yang pertama ditu­runkan.
Pendapat tersebut dijawab oleh As-Sayuthy dengan beberapa jawaban, yang pertama: Pertanyaan ini adalah pertanyaan tentang turunnya satu surat secara sempurna. Jelaslah bahwa surat "Al-Mud­datsir" diturunkan secara sempurna sebelum diturunkannya surat "Igra" (AI-'Alaq) secara sempurna, karena surat lqra' yang pertama diturunkan adalah hanya bagian yang awalnya. Hal ini didukung oleh sebuah Hadits dalam Shahih Bukhary, Muslim, Riwayat Abdullah bahwa is berkata: Saya mendengar Rasulullah s a w. tatkala beliau menceriterakan tentang renggangnya wahyu. Beliau hersabda dalam sebuah haditsnya: "Ketika aku berjalan tiba-tiba aku mendengar suara dari langit dan aku segera melihat ke atas, tiba-tiba Malaikat yang pernah datang di Gua Hira nampak sedang duduk di kursi (ber­ada pada suatu tempat) antara langit dan humi. Akupun segera pu­lang dan segera kukatakan "selimutilah aku" kemudian Allah menu­runkan ayat:
يا أيها المدثر
Dengan adanya kata "Malaikat yang pernah datang ke Gua Hira" menunjukkan bahwa kisah ini (turunnya Al-Muddatsir) adalah lebih belakangan dari kisah Gua Hira (Iqra' Bismi Rabbika.......)
Imam As-Sayuthy memberikan jawaban be rikutnya dalam kitab tersebut yang tidak perlu disebutkan di sini.
Persoalan ke-dua: Bahwa ayat AI-Maidah yang berbunyi:
اليوم أكملت لكم دينكم وأتممت عليكم نعمتي ورضيت لكم الإسلام دينا
Adalah menunjukkan bahwa Agama Islam telah lengkap dan sempurna, karena itu bagaimana mungkin masih turun beberapa ayat yang lain? Itulah sebabnya kami mengatakan bahwa ayat ter­sebut adalah sebagai ayat Al-Qur'an yang terakhir diturunkan.

Jawaban tentang pendapat.tersebut adalah: Allah s.w.t. telah Menyempurnakan ajaran Islam dengan penjelasan berbagai kewajib­an dan hukum/ketetapan, penjelasan tentang halal dan haram. Se gala hal yang dibutuhkan oleh ummat telah dijelaskan oleh Allah s. ww t., juga telah diperinci tentang segala hukum-hukumnya sehing­ga mereka berada di atas landasan yang jelas. Kesemuanya itu bukan berarti menutup samasekali kemungkinan masih turunnya ayat-ayat lain yang berhubungan dengan peringatan dan ancaman dari Allah, dan yang berhubungan dengan peringatan kepada manusia akan ada­nya gejolak yang maha dahsyat di hadapan Tuhan sebagai penegak hukum Yang Maha Bijaksana pada hari tersebut, yaitu suatu hari dimana harta dan anak cucu tidak lagi ada manfaatnya kecuali bagi orang yang menghadap Allah dengan hati yang tulus. Berdasarkan uraian di atas sekelompok Ulama telah menegaskan bahkan As­-Suddy sendiri mengatakan bahwa setelah diturunkan ayat Al-Maidah tidak lagi akan turun ayat tentang yang halal dan yang haram.